Soekarno atau Bung Karno dikenal juga sebagai seorang arsitek. Foto: MI/Ramdani
Soekarno atau Bung Karno dikenal juga sebagai seorang arsitek. Foto: MI/Ramdani

Sisi Lain Soekarno, Proklamator yang Juga Arsitek

Rizkie Fauzian • 02 Juni 2020 18:15
Jakarta: Soekarno atau Bung Karno dikenal sebagai bapak proklamator Indonesia. Tapi siapa sangka jika Presiden Pertama tersebut juga merupakan seorang arsitek yang mewariskan jejak karyanya dalam berbagai bangunan monumental  nasional.
 
Hal itu terungkap dalam diskusi virtual bertema 'Bung Karno Sang Arsitek' yang dipandu oleh sejarawan Bonnie Triyana, Selasa, 2 Juni 2020.
 
Arsitek dan Pengajar Universitas Pancasila, Yuke Ardhiati menuturkan, Bung Karno sebenarnya merupakan lulusan Teknik Sipil jurusan Pengairan (Waterbouwkunde) dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Seorang profesor di ITB kemudian mengenali bakat Bung Karno dalam menggambar, sehingga diminta agar bersedia menjadi asisten dengan tugas semacam draftman sejumlah proyek arsitektur," jelasnya dalam diskusi virtual bertema 'Bung Karno Sang Arsitek', Selasa, 2 Juni 2020.
 
Profesor Charles Prosper Wolff Schoemaker dikenal sebagai arsitek dengan Villa Isola dan Hotel Preanger di Bandung, Jawa Barat sebagai salah satu karyanya.  Salah satu rumah yang terkenal menjadi karya mereka berdua adalah rumah Red Tulip.
 
"Jadi kesempatan baik itu menjadikan Bung Karno percaya diri mendirikan biro arsitek di tahun 1926," kata Yuke.
 
Soekarno kemudian bermitra dengan Ir. Anwari, Roosseno Soerjohadikoesoemo yang dikenal sebagai Bapak Beton Indonesia sebagai biro konsultan arsitektur. Di tengah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Soekarno banyak mengerjakan ide arsitektur, sementara Rooseno yang melaksanakan konstruksinya.
 
Yuke yang menulis sejumlah buku mengenai karya arsitektur nasional di era Bung Karno melanjutkan bahwa pengalaman itulah yang berkontribusi pada kematangan Soekarno mewujudkan berbagai karya di era berikutnya.
 
Termasuk ketika menjadi presiden Indonesia, berbagai bangunan historis negara dibangun dan bertahan hingga kini.
 
"Dalam arsitektur, gagasan itu sudah dipandang sebagai karya. Sejak bekerja sama dengan zaman Pak Anwari dan Pak Rooseno, di situ Bung Karno berperan sebagai penyumbang gagasan," jelas Yuke.
 
Ketika menjadi presiden, Soekarno banyak memperkerjakan arsitek dalam negeri sendiri dalam mewujudkan ide-idenya atas berbagai bangunan publik Indonesia. Salah satunya adalah Sudarsono, arsitek yang memvisualisasikan ide Bung Karno tentang Tugu Monas di Jakarta.
 
Yuke menjelaskan, bahwa dalam dunia arsitektur, ide awal saja sudah merupakan bagian dari arsitektur itu sendiri. Para arsitek seperti Sudarsono yang kemudian bertugas memvisualisasikan.
 
Berdasarkan riset dan wawancaranya dengan para arsitek yang pernah bekerja bersama Soekarno, sang presiden pertama RI itu kerap memanfaatkan acara sarapan pagi untuk berdiskusi dengan para arsitek.
 
Yuke menemukan, bahwa berbagai bangunan publik yang dibangun di masa kepemimpinan Bung Karno, merupakan ide awal langsung dari sang presiden sendiri. Ketika Tugu Monas dibangun, Bung Karno tiba-tiba meminta agar ditambah 10 meter lagi.
 
"Tiba-tiba Pak Karno bilang agar ditambah 10 meter lagi. Padahal gambar sudah selesai. Akhirnya dengan segala upaya jadi 132 meter seperti sekarang," kata dia.
 
Menurut Yuke, tak terhitung banyaknya hasil karya Soekarno maupun kolaborasinya dengan arsitek yang hingga kini masih ada. Termasuk kolaborasi dengan para seniman. Bangunan itu tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di wilayah dimana dulu Soekarno dibuang oleh penjajah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KIE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan