Kenaikan suku bunga acuan tak pengaruhi sektor properti. Foto: Shutterstock
Kenaikan suku bunga acuan tak pengaruhi sektor properti. Foto: Shutterstock

Suku Bunga Naik, Bagaimana Dampaknya bagi Sektor Properti?

Rizkie Fauzian • 01 Desember 2023 14:19
Jakarta: Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan dari 5,75 persen menjadi 6 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diumumkan pada 19 Oktober 2023. Kenaikan suku bunga acuan tersebut tak mempengaruhi tren properti.
 
"Saat ini, kenaikan suku bunga acuan dari Bank Indonesia belum berpengaruh terhadap tren yang tercatat pada platform kami di Rumah123.com dan 99.co Indonesia," kata Senior Vice President (SVP) Marketing 99 Group Indonesia Bharat Buxani dalam keterangan tertulis, Jumat, 1 Desember 2023.
 
Namun, mengingat sebagian besar pembelian properti oleh masyarakat cenderung menggunakan cara bayar Kredit Pemilikan Rumah (KPR)/Kredit Pemilikan Apartemen (KPA), maka ini perlu menjadi perhatian semua stakeholder untuk memastikan geliat permintaan masyarakat akan properti tetap stabil.

Kenaikan suku bunga membawa sejumlah dampak yang perlu ditangani bersama. Apabila perbankan di Indonesia meningkatkan suku bunga KPR, ini akan memengaruhi permintaan karena biaya pembelian dan cicilan properti cenderung lebih tinggi.
 
"Bagi pengembang, naiknya suku bunga pinjaman dari bank akan meningkatkan biaya pengembangan dan memengaruhi harga rumah," ujar Bharat.
 
Data historis pergerakan suku bunga acuan dan pertumbuhan KPR/KPA dari Bank Indonesia yang diolah 99 Group memperlihatkan adanya korelasi satu sama lain. Dimana kecenderungannya terdapat lonjakan pertumbuhan pemberian KPR/KPA secara year-on-year (YoY) pada saat suku bunga acuan turun.
 
Pada 2012, ketika suku bunga acuan turun dari 6,75 persen pada September 2011 menjadi 5,75 persen di tahun 2012, pertumbuhan KPA/KPR secara year-on-year melonjak dengan capaian tertinggi di bulan Juni 42,1 persen dan Juli 44,1 persen. 
 
Memasuki 2013-2014, saat suku bunga acuan melonjak, pertumbuhan YoY pinjaman KPA/KPR berangsur menurun. Saat itu juga terjadi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan melemahnya nilai tukar rupiah atas dolar AS akibat Taper Tantrum yang disebabkan penghentian quantitative easing oleh The Fed.
 
Baca juga: Kenaikan Suku Bunga Acuan Tak Pengaruhi KPR 

Sampai 2015, pertumbuhan pinjaman terus berada di bawah level 2011-2012, di kisaran 7,2 persen hingga 12,9 persen. Setelahnya, pertumbuhan YoY pinjaman cenderung berada di level satu digit, dibandingkan tahun 2010-2014 yang berada di level dua digit.
 
Saat pemerintah kembali menurunkan suku bunga acuan di 2017 ke +4 persen, perlahan pertumbuhan pinjaman meningkat kembali pada level dua digit.  Peningkatan terlihat sejak pertengahan 2017 hingga pertengahan 2018 di kisaran 10,3 persen hingga 13,9 persen sebelum akhirnya kembali mengalami penurunan ketika suku bunga acuan naik.
 
Di periode pertengahan 2018-2019, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dan perang dagang antara China dan AS terjadi. Selain itu, gejolak politik pada Pilpres 2019 sempat memicu ketidakpastian ekonomi yang membuat investor cenderung wait and see terhadap pasar Indonesia.
 
Pada 2020, pertumbuhan jumlah KPR/KPA sempat merosot tajam akibat pandemi covid-19.
Memasuki periode 2021-2022, saat kondisi ekonomi berangsur pulih, suku bunga berada di level +3 persen sejak November 2020 dan terus tertahan hingga Agustus 2022.
 
Pertumbuhan pinjaman kembali ke level dua digit pada bulan Juli 2022 hingga Agustus 2023, di kisaran 11,6 persen hingga 20,8. Namun sejak Agustus 2022, BI tercatat terus menaikkan suku bunga acuan karena inflasi yang melonjak dan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS. 
 
“Saat ini tren pertumbuhan pinjaman masih tercatat baik. Namun, kalau berkaca pada tren historis antara suku bunga acuan dan pertumbuhan pinjaman, terdapat jeda sekitar 6-12 bulan setelah suku bunga acuan melonjak, pertumbuhan pinjaman KPA/KPR cenderung melambat, sehingga tentunya ini perlu diantisipasi dalam beberapa bulan mendatang,” papar Bharat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KIE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan