"Kita lihat secara global, hotel paling terkena risiko. Namun untuk bisnis hotel masih ada waktu. Ada warga yang memilih isolasi nyaman, misalnya di hotel," ungkap Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto dalam video konferensi, Rabu, 8 April 2020.
Menurut Ferry, data Colliers Indonesia mencatat hingga Februari masih ada kegiatan korporasi di hotel. Namun, untuk Maret diperkirakan akan mengalami penurunan terutama di tengah penyebaran virus korona.
"Namun dilihat Average Daily Rate (ADR) perhotelan sudah ada keliatan penurunan, makanya banyak hotel memberikan diskon-diskon. Bahkan di Bali tingkat hunian turun seiring dengan penurunan wisatawan dari mancanegara, terutama dari Tiongkok dan Australia," jelasnya.
Ferry menjelaskan pemilik bisnis hotel bisa memilih untuk tetap beroperasi atau tutup sementara, namun itu tergantung dari kebijakan dan pertimbangan masing-masing hotel. Namun, Ferry menyarankan agar tetap membuka hotel namun dengan menekan biaya operasi.
"Setiap hotel memang punya pertimbangan, tapi mending buka operasionalnya tetap jalan dengan cara menekan operating cost, misalnya penggunaan pendingin ruangan dibatasi, atau penutupan beberapa fasilitas seperti spa untuk menekan biaya," ungkap Ferry.
Menurut Ferry, bisnis perhotelan bisa bangkit kembali setelah pandemi virus korona berakhir, namun tergantung dari kondisi pengembangnya. Ferry menambahkan kebangkitan bisnis perhotelan juga ditunjang dari wisatawan yang datang ke Indonesia.
"Contoh di Bali, salah satu sektor atau tipikal hotel di Bali itu kan resort, masalahnya kedatangan wisatawan ke Bali menurun signifikan, penerbangan juga banyak tutup, kalau ini tidak kembali normal, maka recovery dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News