tahunan menjadi USD10,1 miliar atau setara Rp157 triliun pada 2023 dibanding dengan tahun sebelumnya. Penuruna terjadi akibat berbagai faktor eksternal.
Menurut laporan bertajuk Hotel Investment Highlights Asia Pacific'yang baru-baru ini dipublikasikan oleh Hotels & Hospitality Group JLL, penurunan transaksi dan volume investasi ini disebabkan oleh tekanan kenaikan suku bunga, inflasi, dan ketidakpastian ekonomi global.
Data dan analisis dari JLL menunjukkan hingga Oktober 2023, total volume investasi yang terlacak oleh JLL mencapai USD5,9 miliar atau Rp92 triliun, turun secara signifikan dari USD9,8 miliar pada periode yang sama 2022.
Baca juga: Investasi Properti Asia Pasifik Turun 22%, Ini Penyebabnya |
Rata-rata harga per kunci atau kamar juga lebih rendah selama 2023 hingga saat ini, yaitu USD291.600 (Rp4,5 miliar) bila dibandingkan dengan sebelumnya USD368.900 (Rp5,7 miliar) pada 2022.
Menurut JLL, tercatat 130 transaksi hotel di 13 pasar di Asia Pasifik, turun dari 168 kesepakatan selama periode yang sama pada 2022. Selain itu, jumlah kunci hotel yang ditransaksikan hingga 2023 adalah 24.800, turun dari 27.990 pada periode yang sama pada 2022.
Kinerja bisnis pasar ini menjadi bukti tambahan dari kepercayaan investor dalam jangka panjang terhadap sektor perhotelan.
Bisnis hotel di negara Asia Pasifik
Hingga September 2023, pendapatan per kamar yang tersedia (RevPAR) pulih mencapai 95 persen dari level sebelum pandemi, dengan banyak pasar jauh melampaui angka ini dan mencetak rekor baru RevPAR, dan dengan tarif harian rata-rata (ADR) mencapai tingkat tertinggi baru.Pasar hotel di Jepang telah menunjukkan performa yang kuat sepanjang tahun ini dengan RevPAR melebihi tingkat sebelum pandemi dan volume transaksi melampaui USD2,2 miliar atau Rp34,3 triliun.
Pasar hotel mewah dan resor juga mengalami kebangkitan dengan peningkatan sekitar 30 persen hingga 40 persen dalam tingkat ADR dibandingkan dengan 2019, mendorong JLL untuk memproyeksikan transaksi senilai USD2,9 miliar (Rp45,2 triliun di Jepang dalam setahun penuh.
Kepala Divisi Capital Markets JLL Indonesia ?Jacintha Tabalujan Herzog mengatakan tingkat hunian hotel di kota-kota besar di Indonesia terus meningkat dan menunjukkan tren kenaikan yang menghasilkan RevPar lebih baik dari sebelum masa pandemi.
"Dua transaksi penjualan hotel berbintang di Jakarta pada 2023 dapat memberikan indikasi pemulihan industri perhotelan di Indonesia. Sebagai tambahan, kinerja hotel di Bali dilaporkan membaik walaupun kedatangan kembali grup wisatawan dari negara Tiongkok belum terjadi," jelas dia dalam laporan dikutip Minggu, 26 November 2023..
Aktivitas investasi tercatat lebih rendah di Australia dan Selandia Baru, meskipun ada pertumbuhan ADR yang kuat dan pemulihan okupansi yang stabil di kota-kota besar. Hingga akhir tahun, JLL memperkirakan volume investasi sebesar USD960 juta (Rp14,9 triliun) dan memproyeksikan aktivitas pada 2023 akan mencapai lebih dari USD1,7 miliar (Rp26,5 triliun).
Pembukaan kembali Hong Kong lebih banyak mencerminkan pemulihan stabil di sektor hotel, dengan jumlah pengunjung saat ini melebihi 2019 dan RevPAR di segmen mewah sama dengan tingkat sebelum pandemi.
JLL yakin bahwa transaksi di Hong Kong akan mencapai 900 juta Dollar AS atau setara Rp14,03 triliun pada akhir 2023 karena kekhawatiran mengenai tarif akan mengimbangi kembalinya wisatawan ke wilayah tersebut.
Performa operasional hotel di Singapura cukup baik, dengan RevPAR naik 13 persen dibandingkan 2019, namun pasar hotel ini termasuk yang jarang diperdagangkan di Asia Pasifik.
Meskipun penutupan PARKROYAL di Jalan Kitchener, yang merupakan transaksi aset tunggal terbesar di Singapura, volume transaksi diperkirakan akan turun 45 persen pada 2023 menjadi USD500 juta (Rp 7,7 triliun) karena aset tetap dalam kendali yang ketat.
Kemudian Maladewa adalah salah satu pasar pertama yang pulih setelah pandemi, dan pariwisata naik 14 persen sejauh ini di tahun ini. Setelah tahun transaksi yang kuat pada tahun 2022, proyeksi volume investasi sekarang mencapai USD95 juta (Rp 1,4 triliun) untuk 2023, mengalami penurunan 54 persen, namun masih terdapat beberapa transaksi dalam proses.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News