Maka demi kesehatan dan kenyamanan, para pengungsi yang saat ini tersebar di berbagai pengungsian Palu, Donggal dan Sigi segera dipindahkan ke bara-barak penampungan. Sekitar 1200 barak sedang Kementerian PUPR bangun sebagai hunian sementara para pengungsi hingga tuntasnya proses relokasi dan pembangunan hunian tetap.
"Kita targetkan semua selesai dibangun dalam dua bulan ke depan," kata Ketua Satgas Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah Kementerian PUPR, Arie Setiadi Murwanto dalam keterangan tertulis, Selasa (16/10/2018).

Warga memunguti puing bangunan dari lahan likuefaksi di Balaroa yang dapat digunakannya untuk melengkapi tempat pengungsiannya. Antara Foto/Yusran Uccang
Setiap barak berukuran 12 x 26,4 meter persegi dan dibagi dalam 12 bilik. Setiap bilik yang masing-masing dialiri listrik 450 W akan dihuni oleh satu keluarga. Ada empat toilet, empat kamar mandi, septik tank, tempat mencuci dan dapur untuk digunakan bersama.
Walau merupakan hunian sementara, tapi tahan gempa dan dibangun di lokasi aman dari risiko likeufaksi. Konstruksi menggunakan baja ringan dengan dinding panel glassfiber reinforced cement (GRC) dan mengakomodir cuaca yang relatif panas karena berada di garis khatulistiwa.
"Untuk setiap cluster yang terdiri 120 bilik, dibangun satu buah sekolah PAUD dan SD, tempat sampah, ruang terbuka untuk kegiatan warga serta tempat parkir sepeda motor," jelas Arie.
Kepada pihak swasta dan LSM berencana berpartisipasi dalam pengadaan hunian sementara, diingatkan agar mengadopsi desain barak yang Kementerian PUPR bangun. Demikian juga dengan fasilitas penunjangnya. Kesamaan desain ini bertujuan mencegah kecemburan sosial di antara pengungsi.
"Minggu ini mock-up sudah selesai dibangun. Pembangunan selanjutnya oleh kontraktor," sambung Arie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News