Di satu sisi bisa dimaklumi pengelola/pemilik gedung tidak sedari tahap rancangan mempersiapkan ruang laktasi. Mungkin karena non-commercial use sehingga dipilihkan ruang yang tidak tersewa atau terjual -baik karena terlalu sempit luasnya atau nyempil lokasinya.
Hanya saja selain nyempil dan sempit, biasanya ruang laksatasi juga minim bukaan dan pencahayaan alami. Karena tidak ada bukaan jendela yang terhubung dengan lingkungan luar gedung, maka praktis pencahayaan cuma lampu ruangan.
"Banyak yang tidak menyadari pencahayaan berkenaan dengan mood ibu menyusui," ujar Lucky Basuky, desainer interior senior berbasis di Surabaya.
Menurutnya pemakaian lampu LED yang meniru penerangan alami (daylight) di dalam ruang laktasi adalah mutlak. Spektrum cahayanya yang berwarna biru membuat penghuni yang terpapar lebih terjaga bahkan untuk waktu lebih lama ketika sudah meninggalkan ruangan.
Sebaliknya cahaya berwana kuning (warm white) membuat seseorang lebih rileks. Penting untuk diperhatikan paparan cahaya menimbulkan berbagai akibat yang berdampak secara psikologis pada kesehatan dan tingkah laku manusia.
Sirkulasi udara ruang menyusui
Kondisi udara ruang laktasi mempengaruhi aktifitas ibu dalam menyusui. Bila ruangannya panas dan pengap, maka psikologi ibu menyusui tentu juga akan terganggu dan tidak dapat melakukan aktifitasnya secara baik."Maka kenyamanan ruangan yang menyangkut kualitas udara harus terpenuhi secara optimal. Mulai dari suhu, kelembaban udara, sirkulasi dan kebersihan udara," papar pemilik biro desain arsitektur De Palma Group ini.
baca juga: Kasih Ibu dalam Tong Setan
Untuk mendapatkan kondisi ruangan dengan thermal comfort tanpa ketergantungan lingkungan luar, maka digunakan penghawaan buatan (air conditioning). Penghawaan buatan di sini memiliki pengertian bahwa udara dalam ruang dikondisikan berdasarkan beban kalor yang terjadi pada ruangan tersebut.
Akustik merupakan unsur penunjang dalam sebuah desain interior sebab memberi efek psikis dan emosional bagi orang yang mendengarnya. Suara dan musik, volume, pitch, tempo berpengaruh pada suasana hati (mood).
"Musik yang lembut membuat ibu menyusui menjadi lebih santai dibandingkan dengan musik yang menghentak keras. Sebaliknya, musik yang berirama mars membuat alam bawah sadar terdorong menjadi cepat," jelas mantan Ketua Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) Jawa Timur ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News