Carlo Ratti merancang sistem yang bernama Livingboard ini bagi pengembangan rumah murah bagi para petani miskin di desa-desa India dan di seluruh dunia. Sang arsitek mengumpamakan sistem Livingboard layaknya 'motherboard' yang adalah pusat/otak kerja dari perangkat gadget.

Sementara untuk atapnya akan dibuat datar menggunakan material berbahan lempengan granit. Proyek rumah demikian dibangun di Sadarahalli yang warganya membutuhkan bidang datar untuk tempat mengeringkan biji-bijian.
Berbeda lagi dengan proyek di Udagirinallappanahalli. Sebagaimana ditulis deezen, di desa selatan India yang kering ini rumah-rumahnya akan dilengkapi dengan fitur penyaring dan penampung air hujan.
Artinya proyek yang dikerjakan LSM WeRise India dan RMZ Foundation ini disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar dan kebutuhan penghuninya. Bahkan warga bisa turut berpartisapi untuk menyesuaikan desain dengan norma arsitektur setempat.
Konsep rumah beton prefabrikasi yang proses pembangunannya melibatkan warga, juga sudah ada di Indonesia. Proyeknya dalam skala besar yang dikoordinasikan oleh Kementerian PUPR antara lain adalah pembangunan kembali rumah para korban gempa Lombok. Walau tidak ada fitur WiFi dan pemanas ruangan, namun berteknologi tahan gempa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News