Terminal bandara yang dibangun pada 1960 tersebut dirancang Eero Saarinen. Pernah menjadi landmark New York, terminal kemudian ditutup karena dianggap kurang mendukung operasional pesawat-pesawat modern.
Lebih dari 16 tahun terbengkalai, terminal akhirnya direnovasi oleh arsitek Beyer Blinder Belle dan Lubrano Ciavarra pada bagian struktur bangunan. Sementara INC Architecture & Design dipercaya merancang bagian dalam hotel.

Bangunan ikon tersebut memiliki konstruksi bangunan yang bersayap dengan garis-garis beton yang melengkung. Dindingnya juga dihiasi tirai kaca yang penuh dengan detail.
Konstruksi dindingnya konon paling tebal di dunia yang menampilkan tujuh panel. Hal tersebut dilakukan agar dinding bisa memblokir suara bising yang berasal dari pesawat.
.jpg)
Pada bagian dalam, sebuah lounge berwarna putih didesain dengan spektakuler. Kursi dan karpet merah tampak mencolok di antara ruangan berwarna polos. Setiap kamarnya memiliki lantai kayu gelap dengan aksen panel.
Jendela dibuat lebar agar sinar matahari bisa masuk ke dalam kamar. Selain itu, para tamu juga bisa menikmati pemandangan pesawat-pesawat yang terparkir di bandara.

Ranjang empuk, lemari, kursi dan meja minimalis untuk interior kamar. Sementara dekorasi di kamar mandinya mencakup lampu-lampu bulat di kaca dan lantai teraso.

Tamu hotel juga memiliki akses ke berbagai fasilitas, termasuk enam restoran, delapan bar, kedai kopi, ballroom, pusat kebugaran, toko dan outlet, kolam renang di puncak gedung, dek observasi dan sebuah museum yang menampilkan seragam pramugari TWA vintage.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News