Jakarta: Calon gubernur nomor urut 1
Pilkada Jakarta
Ridwan Kamil, membeberkan jurus untuk menangani polusi Jakarta. Pertama, membereskan tata ruang dengan menghadirkan live work play 1 zona.
"Kami ingin menghadirkan budaya baru, bagaimana warga tetap produktif namun minim mobilitas. Pola pikirnya harus baru, untuk produktif tidak lagi harus banyak mobilitas. Makanya, saya ingin memperbanyak zona perkantoran di banyak tempat di Jakarta," kata Ridwan dalam keterangan yang dikutip Jumat, 15 November 2024.
Hal tersebut diungkap Ridwan Kamil dalam diskusi bertajuk 'Menantang Cagub Jakarta Selesaikan Polusi Udara'. Cara kedua, menata transportasi atau memperluas transportasi publik. Jika terpilih, Ridwan Kamil bakal memperluas operasional TransJakarta sampai Bogor, Bekasi, dan Tangerang. Sebab, data menyebutkan ada sekitar 2 juta warga yang lalu lalang di Jakarta untuk mencari nafkah.
Ketiga, membuat kebijakan terkait kendaraan listrik. Selanjutnya, menata waktu bekerja dengan menghadirkan kebijakan bekerja dari rumah. Kelima, menegakkan kebijakan tentang uji emisi. Kemudian, mengusung tata hijau dengan memperbanyak aktivitas penanaman pohon.
"Kami menargetkan dalam lima tahun bisa menanam 3 juta pohon dengan harapan bisa mengurangi suhu Jakarta hingga sekitar 2 derajat," kata Ridwan Kamil.
Ketujuh, mengusung kebijakan pro green space. Menurut Ridwan Kamil, di Jakarta masih ada banyak ruang yang bisa dimanfaatkan menjadi ruang hijau.
"Saya inginnya selama kavling tersebut belum dibangun, pemprov DKI akan meminjam lahan tersebut untuk dimanfaatkan, dibangun lahan hijau," jelasnya.
Kedelapan, menghadirkan
rooftop garden. Ke depan gedung yang memiliki atap datar akan diwajibkan untuk ditanami pohon. Kemudian, mengusung tata teknologi agar kebijakan yang diambil sesuai dengan data yang ada. Selanjutnya, menghadirkan truk embun. Sebelas, mengusung pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Terakhir, melakukan tata anggaran untuk merealisasikan
climate budget.
"Truk embun ini sudah dilakukan di China. Setiap pagi, truk ini bertugas menyemprotkan H2O untuk mengurangi partikel yang menyebabkan polusi. Cara ini tentu butuh teknologi agar keputusan bisa diambil dengan bijaksana dan sesuai data yang ada," ujarnya.
Untuk diketahui, parameter pencemaran udara di Jakarta berada di atas 60 µg/m2. Sementara standar WHO tiga kali lebih rendah dari itu atau 20µg/m2.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((ADN))