medcom.id, Jakarta: Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat diminta lebih hati-hati pada debat kandidat kedua. Namun, Djarot merasa tak ada yang salah dengan penampilannya pada debat pertama.
Pada debat pertama, Djarot dinilai lepas kontrol saat menyinggung Pegadaian jadi tujuan warga saat mendekati tahun ajaran baru. Djarot kurang terima ungkapannya itu dianggap menyinggung kalangan menengah ke bawah.
"Padahal saya termasuk sopan, sopan ya, Pak Basuki juga sudah termasuk sopan sekarang," kata Djarot saat bersilaturahmi dengan warga di Jalan Damai Raya, Cipete Utara, Jakarta Selatan, Minggu (22/1/2017).
Djarot menjelaskan, pernyataan itu berkaitan dengan pengalaman yang dialami dulu. Orangtua kerap mendatangi Pegadaian untuk mendapatkan uang membayar biaya sekolah, tak terkecuali orangtua Djarot.
"Biasanya yang digadaikan emas, yang punya sepeda digadaikan, nanti kalau sudah punya duit lagi ditebus. Kenapa begitu? Karena enggak ada duit," jelas Djarot.
Namun kini, lanjut Djarot, kondisinya sudah mulai membaik, terutama untuk warga Jakarta. Pemprov DKI menerbitkan Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan menggratiskan biaya sekolah anak-anak Jakarta.
"Sekarang alhamdulillah ada KJP, enggak usah ke Pegadaian karena semua gratis," ungkap Djarot.
Sebelumnya, pakar gestur Monica Kumalasari mengatakan, Djarot sedikit kebablasan saat debat kandidat pertama. Saat itu Djarot menyinggung soal Pegadaian, dia dianggap 'bocor' karena ucapannya dirasa menghina sebagian masyarakat kecil.
"Djarot itu ada bocornya, ketika dia bicara soal pegadaian. Dia bicara ibu-ibu yang kerap datang ke pegadaian saat tahun ajaran baru. Beberapa masyarakat merasa insulted (terhina) dengan hal ini. Harus hati-hati dengan hal yang sensitif," kata Monica dalam diskusi Populi Center dan Radio Elshinta di Gado-Gado Boplo, Jalan Gereja Theresia, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 21 Januari.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((DRI))