Jakarta: Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin, menilai calon tunggal pada pemilihan kepala daerah sebagai bentuk kegagalan kaderisasi partai. Padahal, kelompok politik itu menjadi salah satu wadah melahirkan calon pemimpin.
"Partai politik ini kan sebenarnya sebagai tempat kaderisasi melahirkan calon kepala daerah dan pemimpin nasional," kata Ujang kepada
Medcom.id, Sabtu, 18 Juli 2020.
Ujang menjelaskan ada beberapa proses melahirkan tokoh atau pemimpin. Seperti rekrutmen, proses kaderisasi, sosialisasi, dan komunikasi politik.
Namun, bila dalam kontestasi pemilihan kepala daerah maupun negara hanya melahirkan satu atau sedikit calon, maka proses di partai tidak berjalan.
"Ini lah menurut saya yang membahayakan dalam konteks kita melahirkan pemimpin yang bagus," tutur dia.
Faktor lain yang memengaruhi calon tunggal yaitu mahalnya biaya pemilihan kepala daerah. Hal ini cenderung membuat kader enggan maju pada kontestasi kepala daerah.
Mahalnya ongkos pesta demokrasi juga diperparah dengan sosok yang mendapatkan elektabilitas instan. Seperti keluarga pejabat atau lain sebagainya.
Dia menyebut tak aneh sosok seperti Gibran Rakabuming Raka mendapat dukungan dari berbagai partai politik pada Pilkada Surakarta 2020. Gibran merupakan anak Presiden Joko Widodo (Jokowi). Padahal, putra sulung Jokowi itu tidak pernah aktif di kepartaian.
"Ini mencerminkan secara
real dan nyata proses kaderisasi parpol tidak berjalan secara benar," tutur dia.
Ujang menyebut berbagai fakta itu membuat kader yang memiliki kualitas dikesampingkan. Partai dianggap lebih melihat uang atau pamor seseorang dibandingkan prestasi kader.
"Oleh karena itu yang muncul adalah orang yang memiliki uang, oligarki, dan dinasti politik itu. Sehingga mengabaikan prestasi dan orang yang hebat dan berprestasi tidak bisa nyalon," ujar dia.
Sementara itu, Ketua Teritorial Pemenangan Pemilu Sumatra II NasDem Willy Aditya menilai dukungan yang diberikan partai politik kepada pasangan calon tentu berbasis riset. Tak heran partai cenderung mendukung sosok yang memiliki elektabilitas tinggi.
"Memang dalam kultur itu lahir kecenderungan partai-partai mendukung pemenang," kata Willy.
Dia mencontohkan Gibran yang maju pada Pilkada Surakarta 2020. Dia menilai Gibran memiliki modal cukup kuat memenangkan Pilkada Surakarta 2020.
"Gibran memiliki posisi politik yang luar biasa dia akan mendapatkan dukungan yang komplet," ujar dia
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((REN))