medcom.id, Jakarta: Tak ada perubahan strategi untuk memenangkan pasangan Ahok-Djarot. Kendati berstatus sebagai tersangka, namun tak ada Parpol pendukung Ahok-Djarot yang 'balik badan'.
Ketua Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Prasetyo Edi menuturkan, timnya semakin solid.
"Enggak ada perubahan sama sekali. Masih sama kayak yang kemarin. Malah pendukung semakin solid," kata Prasetyo di Rumah Lembang, Jakarta Pusat, Rabu (23/11/2016).
Prasetyo enggan membeberkan secara rinci strategi tim sukses dalam menjaga elektabilitas 'jagoannya'. Politikus dari PDI Perjungan ini mengapresiasi warga yang tak goyah dengan adanya kasus Ahok.
"Malah semakin bertambah. Coba saja lihat pendukung yang datang ke Rumah Lembang. Setiap hari ramai," tuturnya.
Prasetyo pun tak khawatir dengan banyaknya 'haters' Ahok di media sosial. Menurutnya, warga DKI Jakarta sudah cerdas untuk memilah isu-isu yang beredar. "Masyarakat sudah punya pilihan sendiri, jadi kami tenang saja. Lagipula warga sudah pada cerdas kok," ungkapnya.
Prasetyo menegaskan tim sukses Ahok-Djarot tak pernah ambil pusing soal masalah yang sedang menimpa Ahok. Baginya, yang terpenting saat ini adalah kerja. "Bagi kita itu kerja, kerja, dan kerja," pungkasnya.
Sebelumnya, Tim pemenangan pasangan Ahok-Djarot sempat melakukan rapat konsolidasi usai penetapan status Ahok sebagai tersangka. Gaya
blusukan masih menjadi cara mujarab untuk mendengarkan aspirasi warga.
Anggota tim pemenangan Ahok-Djarot, Bima Ari mengatakan pihaknya memohon kepada penyelenggara pemilu agar tegas mengawal jalannya Pilkada. Jadwal rutin seperti
blusukan dalam berkampanye tetap akan dilakukan.
"Blusukan kami tidak berbicara ke rakyat masalah program segala macam, tapi lebih mendengarkan rakyat," ucapnya.
Selain melakukan blusukan, Ahok juga tetap berkampanye dengan membuka rumah aspirasi dan silahturahmi. Agenda ini dilakukan di rumah pemenangan Ahok-Djarot di Jalan Lembang setiap pukul 08.00 WIB hingga 10.00 WIB setiap harinya.
Aria juga menegaskan, kampanye Ahok-Djarot tidak akan menjanjikan program kerja kepada masyarakat.
Elektabilitas Ahok melorot, usai tersangkut kasus dugaan penistaan agama. Tingkat keterpilihan Ahok kini tersisa 10,6 persen dari sebelumnya 24,6 persen.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Ardian Sopa mengatakan Ahok ditinggalkan basis utamanya, yaitu kelompok nonmuslim sebanyak 33,10 persen. Juga pemilih partai, yaitu PDIP sebanyak 29,20 persen.
Sebesar 16,10 persen kelompok pemilih wanita pun menarik diri. Demikian pula pemilih usia 20-29 tahun (20,10 persen), tamatan SMP atau sederajat (21,6 persen), pendapatan Rp3,5 juta atau lebih (22,40 persen), suku selain Jawa, Sunda dan Betawi (32,30 persen) yang paling banyak meninggalkan Ahok.
Kelompok masyarakat yang kurang sering atau sama sekali tidak membaca Alquran juga banyak yang berpaling dari Ahok. Angkanya mencapai 19,70 persen. Begitu juga terhadap mereka yang kurang sering atau tidak pernah salat lima waktu di masjid. Angkanya 16,80 persen.
Baca: Survei LSI: Elektabilitas Ahok Anjlok Setelah Tersangkut Kasus Penistaan Agama
Survei dilakukan pada 31 Oktober hingga 5 November 2016. Sebanyak 440 responden dipilih melalui metode multistage random sampling. Responden diwawancarai tatap muka dan menggunakan kuosioner dengan margin of error-nya lebih kurang 4,8 persen.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((YDH))