Sebuah kalimat singkat yang ternyata dianggap sesat. Pujian itu dilontarkan elite Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Budiman Sudjatmiko saat menemui ketua umum sekaligus bakal calon presiden (bacapres) dari Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP Bidang Kehormatan Komarudin Watubun segera merespons pernyataan Budiman yang berpotensi melanggar aturan. Yaitu, mematuhi keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres).
Komarudin menyebut perilaku Budiman seperti orang yang tidak paham berorganisasi. Ketua DPP PDIP sekaligus Tim Pemenangan Ganjar, Puan Maharani, mendukung rencana pemanggilan Budiman.
Rinso politik masa lalu
Kepada wartawan, Budiman berdalih kunjungannya ke rumah Prabowo dalam kapasitas pribadi. Dirinya datang untuk berdiskusi karena pada masa lalu sejarah kehidupannya pernah berhadapan dengan Prabowo. Namun kini Budiman mendukung agar karier politik Prabowo tidak ‘diganduli’ masa lalu. Masa lalu yang disebut Budiman, boleh jadi adalah penculikan sejumlah orang saat gelombang reformasi 1998 melanda Indonesia. Hingga kini sejumlah kasus penculikan kerap dikaitkan dengan nama Prabowo Subianto yang saat itu menjabat Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus). Sedangkan Budiman Sudjatmiko saat itu merupakan salah satu pentolan Partai Rakyat Demokratik yang diincar kelompok penguasa.Analis politik Burhanuddin Muhtadi menyatakan pertemuan dengan Budiman sangat menguntungkan Prabowo.
"Pernyataan Budiman seperti Rinso politik yang tanda kutip mencoba membersihkan kaitan masa lalu Prabowo Subianto dengan Budiman Sudjatmiko maupun masa Orde Baru. Jadi, jelas ini sangat menguntungkan Pak Prabowo dan jelas sangat merugikan Ganjar Pranowo," kata Burhanuddin.
Megawati kehilangan kendali?
Beberapa minggu terakhir ini, tampaknya bukan saat yang menyenangkan untuk Megawati Sukarnoputri. Mesin politik yang dibanggakan Megawati, kinerjanya masih jauh panggang dari api. Walau Megawati telah tegas meminta seluruh struktur PDIP mendukung pencapresan Ganjar Pranowo, ada saja elite partainya yang seakan justru mendukung Prabowo Subianto.Ganjar sendiri meyakini pertemuan Budiman Sudjatmiko dan Prabowo Subianto tidak akan menggangu soliditas tim-nya. Namun, benarkah dukungan terhadap Ganjar solid?
Presiden Joko Widodo (Jokowi) misalnya, tampak enggan mengarahkan para loyalisnya untuk mendukung Ganjar. Padahal, sebagai kader PDIP, Jokowi wajib menyukseskan pencapresan Ganjar. Belakangan, Jokowi justru menyebut peta politik menjelang pilpres masih belum jelas.
Dua kelompok loyalis Jokowi bahkan telah merapat ke kubu Prabowo. Manuver relawan Jokowi, yakni JoMan dan ProJo dinilai mencerminkan sikap politik Joko Widodo.
Begitu pula dengan Budiman yang disebut sebagai orang dekat Jokowi. Jadi, tidak salah bila ada yang mengartikan arah dukungan Jokowi tecermin melalui manuver Budiman.
Fenomena gunung es?
Sebelum Budiman jadi perbincangan, manuver politik sejumlah elite PDIP telah jadi pergunjingan. Effendi Simbolon misalnya, diduga menggunakan acara marga Simbolon untuk melempar sinyal dukungan kepada Prabowo.Kita juga belum lupa, Dewan Kehormatan PDIP pernah meminta klarifikasi Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Penyebabnya, makan malam Gibran dengan Prabowo berujung aksi dukungan dari sejumlah kelompok relawan.
Saat diwawancara dalam program Primetime News Metro TV, analis politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan "Jangan-jangan yang tampak di depan jauh lebih sedikit. Ibarat gunung es, yang tampak di permukaan hanya 2-3 nama, tetapi jangan-jangan banyak juga elite PDIP di belakang layer yang menjalin komunikasi dengan Prabowo."
Gestur politik Jokowi memang makin mengentalkan aroma dukungan kepada Prabowo. Akhir pekan lalu misalnya, Jokowi kembali menampilkan kedekatan dengan Prabowo melalui undangan makan siang di Istana Bogor.
Baca:Berniat Duetkan Prabowo-Ganjar, Budiman Sudjatmiko Malah Dijewer PDIP
Analis politik Ahmad Khoirul Umam mengaku tidak heran bila mereka yang di bawah pengaruh Jokowi makin berani menunjukkan dukungan kepada Prabowo.
Diterpa isu dualisme, dukungan DPP PDIP tidak berpangku tangan. Dalam pelatihan juru kampanye Ganjar misalnya, Sekjen PDIP menyatakan Presiden Jokowi telah membentuk Tim Tujuh sebagai "grand strategi komunikasi". DPP PDIP tampaknya ingin menyampaikan pesan Jokowi masih berperan aktif dalam pemenangan Ganjar.
Manuver ini mirip spanduk bertuliskan “Joko Widodo pilih Ganjar presiden” yang marak muncul di Kota Semarang, Jawa Tengah. Jurnalis senior Saur Hutabarat menyebut fenomena ini sebagai “krisis legitimasi”.
Strategi lain, DPP PDIP telah resmi menugaskan putra sulung Jokowi sekaligus Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai juru kampanye Ganjar. Tentu harapannya langkah ini akan “mengikat” dukungan Gibran dan menyebarkan optimisme di kalangan kader.
Saksikan pembahasan dinamika politik internal PDIP di segmen khusus "Political Review" dalam program Primetime News, Metro TV, Minggu, 23 Juli 2023 pukul 18.30 WIB.