Ilustrasi. MI.
Ilustrasi. MI. (Media Indonesia)

Seribu Jurus Memikat Nahdiyin

Media Indonesia • 01 Oktober 2023 07:03
KENDATI masih menjadi teka-teki, siapa bakal calon wakil presiden pendamping bakal calon presiden Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo semakin mengerucut ke tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Jika benar, pilihan itu wajar dan realistis.
 
NU ialah organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, bahkan dunia. Jumlah anggota mereka diperkirakan lebih dari 90 juta orang. Mereka yang mengaku nahdiyin lebih banyak lagi, tidak kurang dari 56,9% dari 250 juta-260 juta penduduk Indonesia yang beragama Islam. Kalau dipersentasekan, yang mengeklaim sebagai warga NU bisa 140 juta lebih.
 
Dengan jumlah sebanyak itu, sangat masuk akal jika NU selalu menjadi gula-gula saban pemilu. Ia punya daya pikat luar biasa sehingga siapa pun kontestan sulit untuk mengesampingkannya begitu saja, termasuk tentu saja pada pemilu tahun depan, wabilkhusus Pilpres 2024.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


 
Dari tiga bacapres, satu sudah memastikan menggandeng tokoh dari kalangan NU. Dia ialah Anies Baswedan yang bakal berpasangan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Keduanya diusung Koalisi Perubahan yang digalang Partai NasDem, PKB, dan PKS. Dua bacapres lainnya pun sangat mungkin tak akan jauh-jauh dari kelompok sarungan. Kemungkinan itu kian menguat setelah Anies menggandeng Cak Imin.
 
Ganjar yang diusung PDIP, PPP, Perindo, dan Hanura, misalnya, kian terang memberikan sinyal untuk menggaet tokoh NU. Ada dua nama yang semakin kuat menjadi kandidat, yakni Menko Polhukam Mahfud MD dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Nama Yenny Wahid, putri Gus Dur, juga masih disebut-sebut.
 
Meski Mahfud oleh sejumlah tokoh NU tak diakui sebagai kader NU, sulit disangkal bahwa ada darah NU dalam dirinya. Ia memang bukan kader NU secara struktural, tetapi secara kultural tak ada yang bisa menyangsikan ke-NU-annya.
 
Khofifah lebih NU lagi. Dia Ketua Umum Muslimat NU, bahkan dianggap sebagai pemimpin sepanjang masa organisasi sayap NU itu berdiri. Jumlah anggota Muslimat NU banyak, sangat banyak, tak kurang dari 32 juta. Jumlah itu tentu sangat signifikan sebagai lumbung suara.
 
Karena itu pula, Khofifah juga diincar Prabowo. Kalau tak jadi bacawapres, dia disebut-sebut diinginkan sebagai ketua tim pemenangan. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra M Irfan Yusuf Hasyim pun menyebutkan calon pendamping Prabowo mengerucut pada dua nama, salah satunya tokoh NU dari Jawa Timur.
 
Menjadikan tokoh NU sebagai bacawapres ialah strategi yang masuk akal untuk melakoni kompetisi meski tiada jaminan untuk meraih supremasi. Fakta di Pilpres 2004 ketika Megawati Soekarnoputri berpasangan dengan Hasyim Muzadi, tapi kalah dari SBY-Jusuf Kalla contohnya.
 
NU punya basis suara sedemikian besar. Di kalangan NU juga berlaku tradisi sami’na wa atho’na, dengar dan patuh, pada kiai. Artinya, posisi dan peran kiai, apalagi kiai khos, akan menentukan.
 
NU memang tidak satu suara. Pilihan politik mereka tak seragam. Sejumlah survei menyebutkan nahdiyin terafiliasi ke banyak partai dan tentu ke banyak pasangan bacapres-cawapres pula. Tinggal bagaimana kontestan mendapatkan kepercayaan dan restu kiai lalu meraup suara sebanyak-banyaknya dari warga NU.
 
Siapa pun capres-cawapres yang terpilih dengan menggandeng tokoh NU dalam Pilpres 2024, kaum nahdiyin hendaknya mendapatkan maslahat terhadap kualitas hidup mereka. Jangan setelah terpilih, mereka ditinggalkan alias hanya dibutuhkan suara mereka saat pemilu.
 

Pilar Nahdlatul Ulama Pemilu 2024 Pilpres 2024

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif