Bagi tokoh besar Prancis itu, politikus termasuk golongan pepatah mulut manis jangan percaya, lepas dari tangan jangan diharap. Dia bahkan bilang, "Politikus tidak pernah percaya atas ucapannya sendiri. Mereka justru terkejut bila rakyat memercayainya,"
Bayangkan, yang berucap saja tidak percaya ucapannya, masak kita gampang percaya? Begitu kira-kira pesan dari pemilik nama komplet Charles Andre Joseph Pierre Marie de Gaulle itu.
Betulkah politikus susah dipercaya? Hasil riset indeks kepercayaan global yang dilansir Global Market Research and Public Opinion Specialist (Ipsos) pada 2021 mengiyakannya. Di antara sekian profesi, politikus ialah orang-orang yang paling tidak dipercaya di dunia. Sebanyak 52 persen responden berpendapat seperti itu. Profesi berikutnya yang paling tak dipercaya ialah menteri pemerintahan (39 persen), sales periklanan (22 persen), bankir (11 persen), dan jurnalis (10 persen). Adapun profesi yang paling dipercaya masyarakat ialah dokter, disusul ilmuwan, dan guru.
Benarkah elite politik susah dipercaya? Faktanya, memang banyak di antara mereka yang omongannya tak cuma tak sesuai realitas, tetapi juga tak konsisten. Esuk dele sore tempe. Lain dulu lain sekarang. Dulu bicara A sekarang ngomong Z.
Ucapan sejumlah elite politik akhir-akhir ini pun jadi sorotan. Sebut saja Ketua Dewan Perwakilan Daerah, La Nyalla Mattalitti. Tentu tidak semua omongan La Nyalla tak benar, tak usah dipercaya. Namun, ucapan terkini terkait dengan wacana perpanjangan masa jabatan presiden ramai-ramai dipersoalkan.
Perpanjangan jabatan presiden sejak beberapa bulan silam menjadi polemik nansengit. Ini wacana yang menguras energi bangsa yang sebenarnya sudah terkuras karena serangan virus korona.
Baca:PDI Perjuangan Yakin Tak Ada Kerenggangan antara NasDem dengan Jokowi |
Dulu, La Nyalla termasuk yang superkontra dengan wacana itu. Dia bahkan pernah mengingatkan para elite segera berhenti bermanuver jika tak ingin terjadi revolusi sosial. Rakyat sebagai pemilik negara bisa marah dan para elite politik bisa ditawur, begitu katanya.
Namun, itu dulu. Sekarang, dia justru mengusulkan penundaan Pemilu 2024. Menunda pemilu berarti memperpanjang masa jabatan presiden. Usulan itu dia sampaikan di Munas XVII Hipmi di Surakarta, Senin, 21 November 2022.
Belakangan, La Nyalla mengklarifikasi bahwa perubahan sikap itu sama sekali bukan karena ada bargaining atau deal-deal politik. Ini semata terkait dengan usulannya agar kita kembali ke UUD 1945 yang asli. Percaya atau tidak? Terserah Anda.
Elite politik lain yang ucapannya dipersoalkan ialah Zainudin Amali. Zainudin ialah politikus kawakan. Dia juga menteri pemerintahan, Menteri Pemuda dan Olahraga. Zainudin dianggap tak konsisten terkait dengan izin penggunaan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan. Pada awal November 2022, dia menegaskan pemerintah mengharamkan SUGBK untuk kegiatan apa pun agar kondisi lapangan tetap baik. Pengharaman itu berlaku sejak enam bulan sebelum Piala Dunia U-20 digelar, atau 20 November 2022.
Larangan itu dibuat demi tujuan mulia. Pemerintah ingin SUGBK sempurna sebagai salah satu venue Piala Dunia U-20, 20 Mei-11 Juni 2023. Menjadi tuan rumah Piala Dunia, meski masih sekelas kelompok umur U-20, memang kehormatan besar bagi bangsa dan negara.
Akan tetapi, belum genap sebulan larangan dibuat, SUGBK digunakan untuk acara relawan Nusantara Bersatu. Acara ini melibatkan puluhan ribu relawan Jokowi dan juga dihadiri Presiden Jokowi. Acara itu sarat kontroversi. Momentumnya dipersoalkan, urgensinya dipertanyakan, dan tempatnya pun dipermasalahkan. Kok bisa SUGBK dipakai meski sudah ada larangan penggunaan hingga pergelaran Piala Dunia U-20 usai? Apakah karena yang menghelat acara relawan Jokowi? Apakah lantaran Jokowi merestui dan juga hadir?
Menpora punya jawaban. Kata dia, Nusantara Bersatu boleh digelar karena SUGBK belum masuk tahap renovasi yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat. Percaya atau tidak? Biar Menteri PU-Pera Basuki Hadimuljono yang menjawabnya.
Ternyata, menurut Basuki, SUGBK tak masuk daftar stadion yang perlu direvonasi untuk menyambut Piala Dunia U-20. "GBK tidak ada renovasi. Tidak ada programnya,” tukasnya. Nah, menteri dibantah menteri, kolega membantah kolega.
Siapa yang mesti dipercaya kalau begitu? Yang pasti dua-duanya tak mungkin berkata benar. Kiranya Menteri Basuki yang benar karena pihaknya yang dipercaya sebagai pelaksana renovasi stadion.
Lidah memang tak bertulang. Apalagi, jika lidah itu organ dalam anatomi mulut politikus. Mulut yang kalau meminjam pesan Charles de Gaulle tak bisa dipercaya begitu saja.
Pasti, tidak semua politikus tak dapat dipercaya. Saya yakin, masih ada di antara mereka yang suka berkata benar, berbicara jujur, konsisten, tetapi saya tidak tahu berapa banyak jumlahnya. Terpenting, agar tidak kecewa, perlu kiranya kita selalu menyisakan ruang ketidakpercayaan terhadap mereka.