Namun menurut Psikolog dari Universitas Airlangga (UNAIR), Dr. Dewi Retno Suminar, M.Si., mengatakan, bahwa aktivitas tersebut tetap memungkinkan anak-anak berselancar di dunia maya. Akhirnya bisa membangkitkan rasa ingin tahu terhadap segala hal lainnya juga semakin besar.
“Ketika anak sudah haus akan berita, film, dan fasilitas internet lainnya melalui gadget sementara kontrol diri tidak bisa menghentikan, hal itu bisa menyebabkan gangguan yang ditandai dengan rasa gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak,” kata Retno, dilansir dari laman UGM, Jumat, 30 April 2021.
Psikolog anak itu juga menjelaskan, bahwa kecanduan gawai dapat memunculkan beberapa permasalahan psikologis. Di antaranya, terhambatnya interaksi anak dengan orang lain, anak merasa kesepian ketika gawai mati atau sedang tidak berada di tangan, serta mudah marah dan panik saat ketinggalan berita.
“Bahkan anak juga bisa stres ketika tahu ada teman seusianya mengabarkan hal-hal yang melebihi dirinya di medsos dan itu bisa menyebabkannya mengalami gangguan FoMo (Fear of Missing Out),” tambahnya.
Mengenai penggunaan gawai pada anak ini, psikolog asal Pacitan itu menuturkan bahwa orang tua tidak bisa menyalahkan gawainya. Akan tetapi, dosen 53 tahun itu menekankan yang perlu diperhatikan adalah kontrol terhadap pemanfaatan gawai itu sendiri.
Untuk itu, dia membeberkan beberapa tips untuk mengontrol penggunaan gawai pada anak. Tips pertama, harus ada kontrol dan batasan waktu dalam menggunakan gawai.
“Bisa dibuat kesepakatan berapa jam anak diperbolehkan bermain gawai. Kalau dia menggunakan gadget melebihi dari separuh waktu di luar jam tidurnya, maka harus dilakukan aktivitas yang tidak melibatkan gadget,” terangnya.
Baca juga: Ditemukan PTS Ilegal, Ini Cara Cek Legalitas Kampus
Terkait dengan aktivitas yang mampu mengalihkan perhatian anak dari gadget, Retno menyebut beberapa kegiatan seperti permainan tradisional, olahraga ringan, bersih-bersih rumah dan mengatur ruangan, serta membantu memasak dan berkebun bisa menjadi salah satu solusi.
“Kegiatan nongadget tersebut secara tidak langsung juga bisa mengembangkan interaksi sosial anak,” tambahnya.
Terakhir, dosen mata kuliah Psikologi UNAIR itu mengatakan, bahwa bermain juga mengingatkan bahwa orang tua harus memberikan contoh pemanfaatan serta porsi penggunaan gawai yang baik.
“Batasi waktu bermain gadget, hindarkan anak dari aktivitas yang harus berbau gadget, berikan punishment ketika anak melanggar perjanjian batas waktu menggunakan gadget, dan berikan reward ketika anak mampu menaatinya,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id