Terdapat berbagai macam teknik penilaian, di antaranya asesmen formatif dan sumatif. Dikutip dari laman Akupintar, berikut adalah penjelasan dan perbedaan kedua jenis penilaian itu:
Penilaian formatif
Penilaian formatif bertujuan mengevaluasi proses pemahaman siswa terhadap pelajaran, kebutuhan pembelajaran, dan kemajuan akademik selama proses pembelajaran. Asesmen ini membantu guru memantau pembelajaran siswa, sehingga dapat memberikan umpan balik berkala dan berkelanjutan.Penilaian formatif juga bermanfaat bagi pihak sekolah dan siswa. Bagi sekolah, asesmen ini memberikan informasi mengenai tantangan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran agar ke depan mampu memberikan dukungan memadai. Sementara itu, siswa dapat menjadikan penilaian ini sebagai tolok ukur mengidentifikasi kekuatan dan aspek yang perlu dikembangkan.
Berdasarkan pejelasan di atas, dapat disimpulkan terdapat lima faktor yang bisa meningkatkan pembelajaran melalui penilaian formatif. Yakni menyediakan umpan balik, aktif melibatkan siswa dalam pembelajaran, mengatur metode pembelajaran, memperkenalkan pengaruh besar penilaian terhadap motivasi, serta mempertimbangkan kebutuhan siswa untuk menilai diri sendiri, dan memahami cara meningkatkan hasil belajar.
Penilaian sumatif
Penilaian sumatif berfungsi sebagai alat untuk mengukur kemampuan dan pemahaman siswa. Lain halnya dengan asesmen formatif yang dilakukan berkala, penilaian jenis ini biasanya dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran selesai diberikan.Dalam penerapannya, evaluasi sumatif sering menggunakan serangkaian tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu alias satu semester. Hasil dari asesmen ini berupa nilai atau angka yang kemudian dijadikan sebagai penentu kinerja siswa dalam rapor.
Penilaian jenis ini umumnya tidak terlalu memberikan dampak langsung pada pembelajaran. Meski demikian, evaluasi sumatif dapat menjadi bahan umpan balik kepada staf akademik sebagai ukuran keberhasilan pembelajaran, akuntabilitas dan standar pemantauan staf akademik, serta sebagai sarana untuk memotivasi siswa.
Secara umum, kedua jenis penilaian itu dapat dilangsungkan secara tertulis maupun tidak. Contoh penilaian tertulis, yakni refleksi, jurnal, esai, poster, dan tes tertulis lainnya. Sedangkan, asesmen tidak tertulis meliputi diskusi, presentasi, drama, penilaian produk, dan tes lisan.
Itulah pembahasan mengenai penilaian formatif dan sumatif. Keduanya tentu sama-sama baik untuk digunakan dalam dunia pendidikan. Hanya saja, penggunaannya tinggal disesuaikan kembali dengan objektivitas pembelajaran. (Nurisma Rahmatika)
Baca: Survei: Masih Ada Guru dan Kepala Sekolah Ragu AN Jadi Alat Ukur Kualitas Pendidikan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News