Ketua Tim Pengabdian Masyarakat, Departemen Ilmu Komunikasi FISIP DPRM UI, Henny S Widyaningsih mengatakan ketika anak sudah dikenalkan dengan gawai sejak awal, maka nantinya akan menggandrungi seakan tidak mau lepas. Bahkan anak bisa menjadi depresi, salah satunya ditunjukkan ketika anak marah saat diganggu ketika tengah bermain gawai.
"Ketika tahap tersebut (depresi), anak akan kecanduan, lalu mengganggu saraf setelah itu. Bila ditangani oleh dokter maka akan diberi obat penenang. Bisa dibayangkan, generasi muda kita harus mengonsumsi itu hanya karena masalah gawai," ungkap Henny di Kantor Kelurahan Kukusan, Kota Depok, Kamis, 16 Agustus 2018.
Namun Heny mengakui, kemajuan teknologi tidak dapat dihindari, sehingga jika orang tua ingin mengenalkan gawai kepada anak harus dilakukan secara bertahap.
"Jadi ini ada aturannya, untuk anak berumur 0 - 2 tahun jangan diperkenalkan (gawai), 2 - 4 tahun boleh tapi harus didampingi, nah umur 4 - 6 tahun orang tua harus menjadwalkan penggunaan gawai kepada anak tidak boleh diberikan setiap waktu," katanya.
Baca: 117 Guru dan Tendik Diganjar Penghargaan
Selanjutnya, untuk mengatasi kecanduan gawai kepada anak, maka pola komunikasi di dalam keluarga juga harus dihidupkan. Oleh karena itu, dalam kegiatan "Kampanye Sosial Mencegah Kecanduan Gadget Pada Anak Sejak Dini", pihaknya menerapkan beberapa ilmu kepada orang tua.
"Kita coba terapkan ilmu kita contohnya, kita membuat waktu satu poin delapan jam. Jadi kita boleh tinggalkan anak, namun satu jam kita harus luangkan waktu dengan anak tanpa gadget," tandasnya.
Selain itu, masih menurut Henny orang tua juga harus bisa mengalihkan perhatian anaknya agar tidak terus menerus bermain dengan gawai. Memberikan pemahaman pada anak juga harus menggunakan teknik komunikasi yang baik.
"Di sini orang tua harus mengerti keinginan anak. Contoh mewarnai gambar robot yang sudah di-print bersama-sama. Ini untuk mengembangkan saraf sensorik dan motorik," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News