Sayangnya, sering kali mahasiswa tidak memiliki pemahaman memadai tentang hal ini, yang berpotensi menimbulkan masalah, seperti pelanggaran integritas akademis yang tidak disengaja.
Maka dari itu, menciptakan lingkungan belajar inklusif dan menyediakan panduan jelas mengenai proofreading menjadi sangat penting untuk mendukung kesuksesan akademis mahasiswa.
Definisi Proofreading
Dilansir dari laman timeshighereducation, proofreading adalah proses memeriksa teks untuk memperbaiki kesalahan seperti ejaan, tanda baca, dan format sebelum dibagikan atau dipublikasikan. Ini adalah langkah terakhir dalam penulisan, yang memastikan teks bebas dari kesalahan kecil.Proofreading penting untuk semua jenis tulisan, seperti tugas, lamaran kerja, atau artikel. Kamu bisa melakukannya sendiri atau menggunakan jasa profesional.
Dalam penerbitan, korektor memeriksa salinan cetak, sedangkan di bidang lain, korektor sering bekerja dengan teks digital menggunakan fitur perubahan di Microsoft Word atau Google Docs, berdasarkan penerbitdeepublish.
Tips mengasah keterampilan proofreading
1. Latihan mendengarkan
Penelitian yang dilakukan untuk memahami bagaimana universitas di Inggris membantu mahasiswa memahami proses pemeriksaan akhir akademis melibatkan tujuh universitas dan peserta dari sepuluh kampus. Tujuan penelitian ini adalah mencari cara mengatasi pelanggaran akademik, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.Hasil penelitian menunjukkan banyak mahasiswa, terutama yang berasal dari latar belakang internasional atau generasi pertama, hanya menganggap proofreading sebagai pengecekan ejaan dan tata bahasa. Banyak dari mereka juga tidak mengetahui kebijakan atau panduan mengenai hal ini di kampus mereka, yang membuat mereka tidak sadar bisa terjebak dalam masalah.
2. Memberikan suara pada mahasiswa
Pelanggaran akademik yang tidak sengaja sudah ada sejak lama, tapi biasanya cara mengatasinya didasarkan pada pandangan akademisi. Sekarang, ada pendekatan baru yang memberi mahasiswa kesempatan berbicara dan memberi masukan dalam menciptakan lingkungan akademis mereka.Dengan mendengarkan mahasiswa, universitas bisa meningkatkan pengalaman belajar mereka dan kualitas pekerjaan yang dihasilkan. Banyak inisiatif yang melibatkan mahasiswa sering terkendala oleh kehadiran akademisi yang bisa membuat mahasiswa merasa canggung.
Memberi ruang bagi mahasiswa untuk berbicara tanpa campur tangan akademisi, umpan balik yang diberikan mejadi lebih terbuka dan jujur, yang pada akhirnya menghasilkan panduan lebih jelas tentang proofreading dan cara memperbaiki tulisan.
3. Akses lebih luas untuk keberhasilan
Setiap universitas mempunyai kebijakan berbeda mengenai pemeriksaan akhir. Ada yang mengizinkan pihak ketiga untuk memeriksa, ada juga yang melarangnya. Bahkan, beberapa kebijakan sulit diakses oleh mahasiswa. Kalau ada, kebijakan tersebut seringkali rumit dan penuh istilah yang sulit dimengerti.Mengoreksi tulisan adalah keterampilan penting yang harus dimiliki mahasiswa, baik itu untuk tugas akhir atau surat lamaran kerja. Mahasiswa perlu tahu cara mengoreksi dan memperbaiki kualitas tulisan mereka.
Apabila mereka memiliki akses ke panduan yang jelas dan mudah dipahami, mereka akan lebih siap sukses, baik di dunia akademis maupun dalam karier mereka nanti.
4. Perbaikan yang mudah diterapkan
Meningkatkan cara pemeriksaan akhir sebenarnya tidak terlalu sulit. Universitas perlu menstandarisasi kebijakan dan membuatnya mudah diakses oleh mahasiswa. Panduan tentang praktik terbaik harus jelas dan tidak membingungkan dengan istilah teknis.Banyak universitas di Inggris belum melakukan hal ini dengan baik, namun proyek QAA menawarkan berbagai sumber daya untuk memperbaiki proses ini. Dengan mendengarkan mahasiswa, universitas dapat meningkatkan hasil akademis dan fokus pada pelanggaran yang benar-benar disengaja.
Itulah alasan penting bagi universitas untuk menciptakan lingkungan yang mendukung keterampilan proofreading mahasiswa. Dengan panduan jelas dan akses mudah, mahasiswa bisa lebih siap menghindari kesalahan dan meraih kesuksesan akademis serta profesional. (Nanda Sabrina Khumairoh)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News