Bagi sebagian orang, permainan gawai memiliki dua sisi. Meski menyenangkan dan praktis, tapi gawai tak mampu mengembangkan kemampuan anak dalam lima aspek.
Ketua Umum Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (APMETI) Dhanang Sasongko menjelaskan mainan tradisional mampu mengembangkan aspek fisik/motorik, bahasa, kognitif, sosial, dan emosional.
"Nah, di game-game yang ada itu kebanyakan memang tidak mengembangkan aspek motorik, dia lebih banyak diam, cenderung menyendiri, dan antisosial," ungkap Dhanang saat berbincang dengan Medcom.id di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dari sisi fisik/motorik, permainan tradisional menuntut anak bergerak lebih banyak dengan mengoordinasikan pancaindera. Kemampuan bahasa anak juga terasah.
Melihat sisi kognitif, pengetahuan anak pun meningkat seperti mengenal bentuk dan warna. Sedangkan pada aspek sosial, anak mampu mengembangkan kemampuan untuk berbagi. Pada aspek emosional, anak dilatih untuk berempati.
Meskipun demikian, permainan gawai tak haram seutuhnya. Sebab lewat itu, anak bisa berkembang meski kemampuan berkembangnya terbatas.
"Mainan-mainan berbasis elektronik, berbasis game online itu lebih banyak pada aspek kecepatan. Ada aspek kognitifnya, yakni aspek kemampuan untuk merespon kondisi kejadian dan menyelesaikan masalah," ungkapnya.
Hal terpenting, permainan gawai harus dibatasi. Anak usia dini harus diberi mainan edukatif dan tradisional untuk mengembangkan kemampuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News