Lebih rendah dibandingkan inflasi pada bulan Juli 2022 sebesar 4,94 persen. Dampak inflasi sudah nyata dirasakan masyarakat. Kenaikan harga BBM yang baru saja diumumkan pemerintah sudah mulai membayangi kemungkinan inflasi akan lebih tinggi mengingat masih adanya kenaikan harga kebutuhan pokok.
Pengendalian inflasi pun menjadi hal yang penting untuk dilakukan pada momen ini. Dosen Program Studi (Prodi) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS, Dr. Mulyanto, M.E. membeberkan tiga aspek pengendalian inflasi menurut Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), yakni aspek fungsi, aspek kondisi, dan aspek pelaku.
Aspek fungsi berkaitan dengan sektor produksi, distribusi, dan konsumsi. Sektor produksi dinilai Mulyanto sebagai sektor terpenting.
Produksi yang mampu mencukupi kebutuhan konsumen mencegah adanya situasi kelangkaan barang. Ia juga menjelaskan bahwa sektor konsumsi memiliki peran paling akhir dalam perannya mengendalikan inflasi.
“Konsumsi pasar ini paling akhir. Kalau punya uang dan barangnya ada, beli. Kalau tidak punya uang ya menunggu. Sehingga itu cara mengendalikan melalui fungsi,” tutur Mulyanto.
Aspek kondisi terhadap produk berkaitan dengan harga, informasi, dan stok. Ketersediaan barang menjadi hal terpenting menurut Dr. Mulyanto. Sedangkan harga barang memiliki peran paling akhir dalam aspek kondisi.
“Jadi kalau ingin harga itu tidak naik-naik ya stoknya diperbanyak. Harga akan terbentuk dari interaksi antara produksi dan konsumsi. Kalau produksinya seimbang dengan konsumsi, harganya akan pas. Semua nyaman,” jelasnya.
Aspek ketiga adalah pelaku, di mana pemerintah memiliki peran yang banyak. Peran tersebut dipegang oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Bulog, dan TPID. Dari penjelasan Mulyanto, TPID memiliki peran terpenting.
TPID penting untuk memberikan informasi serta berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait dalam pengendalian inflasi. Lebih lanjut, Mulyanto menjelaskan, masyarakat pada pekerjaan sektor informal menjadi kelompok rentan akan dampak inflasi.
Kelompok ini umumnya memiliki pendapatan yang tidak menentu. Mereka akan mulai terdampak bila pendapatannya tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup saat inflasi terjadi.
Selama inflasi tidak diikuti dengan kesetaraan daya beli, akan ada golongan masyarakat yang terkorbankan dalam kesejahteraan. “Inflasi menjadi kebahayaan nasional ketika jumlahnya (orang) banyak dan sepakat untuk bergerak kemudian menuntut pemerintah agar tidak menaikkan harga,” imbuhnya.
Di tingkat daerah, Mulyanto menyampaikan beberapa strategi agar inflasi tetap dapat mendorong pengusaha berproduksi dan tidak memberatkan konsumen untuk membeli. Ia menjelaskan, usaha mencegah penimbunan, kelangkaan pasokan, dan pungutan liar. Selain itu upaya meningkatkan infrastruktur juga menjadi faktor penting dalam menjaga rantai distribusi.
Baca juga: Singapura Tarik Produk Makanan Indonesia Karena Bikin Alergi, Simak Penjelasan Pakar UNS |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News