Jika target pekerjaan yang dibebankan terpenuhi maka kamu adalah orang yang produktif. Namun, faktanya saat ini kegiatan produktivitas rentan berorientasi pada kebiasaan yang merugikan diri sendiri, atau saat ini populer dengan istilah toxic productivity.
Hal ini juga dapat terjadi di dunia pendidikan yang dihiasi dengan berbagai target pembelajaran. Melansir unggahan instagram @ditjen.dikti, ternyata toxic productivity memberikan dampak buruk. Di antaranya dapat menyebabkan gangguan kesehatan, kecemasan berlebihan, dan burnout atau perasaan demotivasi.
Dampak atau bahaya toxic productivity dapat dihindari dengan model belajar yang bersifat personalized learning. Atau istilah yang kerap muncul yaitu self directed learning (SDL).
Self Directed Learning (SDL) merupakan suatu proses belajar yang diawali dengan proses inisiatif individu dengan atau tanpa bantuan orang lain. Gunanya untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri.
Selain itu SDL juga dapat membantu kamu merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar. Hingga melakukan evaluasi belajarnya sendiri
SDL mampu menjadi upaya preventif terhadap toxic productivity. Karena proses belajarnya yang berasal dari kesadaran dan kemauan diri sendiri sebagai pengaruh terbesar produktivitas serta berorientasi pada evaluasi sebagai finalisasi kegiatan.
Berbeda dengan faktor toxic productivity yang rentan menjadikan pihak eksternal seperti pencapaian orang lain sebagai pengaruh produktivitas. SDL sendiri memiliki beberapa tahapan.
Pertama, perencanaan terkait kebutuhan belajar, kemampuan individu, tujuan pembelajaran, sumber daya untuk mendukung proses pembelajaran, dan perencanaan belajar, kemudian pelaksanaan.
Selanjutnya dibutuhkan pengawasan atau keberlanjutan perencanaan belajar. Terakhir adalah evaluasi atau penyelarasan terhadap hasil akhir dan target dalam perencanaan.
Baca juga: 13 Situs Lowongan Kerja Terpercaya, Terupdate, dan Gratis |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News