Ilustrasi/Medcom.id
Ilustrasi/Medcom.id

Kembali PTM 50%, Dosen UB Beri 4 Tips untuk Orang Tua dan Guru

Citra Larasati • 20 Februari 2022 13:35
Jakarta:  Pemerintah telah menetapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 50 persen dari kapasitas satu kelas terutama untuk wilayah berstatus PPKM level 2. Sementara daerah PPKM Level 1, 3 dan 4 tetap mengikuti ketentuan SKB 4 menteri.
 
Kembali berubahnya kebijakan PTM ini menurut Dosen Psikologi Universitas Brawijaya, Ari Pratiwi akan menimbulkan perasaan ketidakpastian kepada anak.  “Mereka kan termasuk baru memulai adaptasi dari rumah ke sekolah sekarang di rumah lagi. Tentu hal ini membuat anak anak akan merasa tidak pasti. Kita saja yang dewasa kadang merasa tidak pasti perasaannya tidak senang juga,” ucap kata Ari dalam keterangan tertulis UB yang dikutip Minggu, 20 Februari 2022.
 
Potensi kondisi ini membuat Ari memberikan empat tips yang bisa dipakai oleh orang tua dan anak agar PTM yang kembali 50 persen ini dapat berjalan dengan lancar.  Pertama adalah sikap fleksibel.

Ari Pratiwi menyarankan orang tua melakukan sikap yang fleksibel kepada anak anak karena kebijakan seperti PTM ini bisa berubah setiap saat.  “Orang tua mengajarkan sikap fleksibel sebab kalau kaku malah membuat anak anak stres di rumah, perilaku mereka tidak terkendali dan jika direspon negatif oleh orang tua malah akan membuat konflik,” ucapnya.
 
Sikap fleksibel ini menurut Ari akan membuat anak siap dalam kondisi apapun kebijakan PTM yang akan dilakukan.  Kedua pahami mood anak.
 
Orang tua wajib memahami perasaan anak. Sebab kata Ari, ada potensi anak anak sudah semangat tapi ternyata mereka waktunya belajar di rumah. Atau sebaliknya, seharusnya belajar di sekolah malah mereka malas untuk ke sekolah.
 
“Ini perlu orang tua memahami perasaan misal bilang oh lagi semangat ya ke sekolah tapi sayang kita sekarang belajar di rumah dulu ya,” imbuh alumni Universitas Indonesia ini.
 
Ketiga adalah mengatur waktu dan menjalankannya dengan Konsisten.  Ari menyarankan, orang tua perlu membuat aturan bahwa meski anak belajar di rumah maka perilakunya sama dengan ketika belajar di sekolah salah satunya tetap bangun pagi.
 
“Harus konsisten meski di rumah harus tetap bangun pagi. Jangan sampai tidak teratur, ritmenya sama konsisten, meski di rumah ya tetap pagi sehingga ritmenya terjaga,” katanya.
 
Orang tua, kata Ari, juga perlu membuat catatan kapan sang anak belajar di sekolah. Sekaligus jika orang tua adalah pekerja maka juga perlu membuat catatan jadwal sehingga orang tua bisa mengantisipasi lebih awal jika anak belajar di rumah sementara orang tua harus bekerja.
 
“Kalau anak terjadwal belajar di rumah, sementara orang tua bekerja ini akan repot maka perlu ada catatan jadwal sehingga bisa diantisipasi lebih awal,” sambungnya.
 
Keempat, sekolah harus menciptakan situasi yang nyaman.  Ari menyarankan agar sekolah menciptakan situasi yang nyaman di saat kebijakan PTM bisa berubah tiap waktu.
 
“Sebab selama ini jika di rumah guru mengajarnya lebih satu arah. Guru sudah pernah mengajar full di sekolah dan sekarang tidak penuh lagi tentu mereka harus menyamakan lagi. Guru harus berikan hal yang sama meski ada siswa yang belajar di rumah. Tentu guru harus mampu mengatur ini,” tuturnya.
 
Baca juga:  Pekanbaru Setop PTM di 11 Sekolah dan Kembali Terapkan PTM 50%
 
Selain itu, untuk usia SMP dan SMA yang mulai terbiasa dengan kerja kelompok harus kembali juga belajar dari rumah. Ari menilai hal ini akan menjadi tantangan untuk guru untuk mengatur lagi.
 
“Sebab guru sudah mulai konsisten ritmenya sekarang berubah lagi. Tentu kuncinya adaptasi sebab kesulitan tidak hanya dialami guru tapi siswa dan orang tua,” pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan