Widya merupakan penyandang gelar periset terbaik Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk Tahun 2022. Ia menjelaskan cara membangun portofolio periset dan kelompok riset yang kompetitif.
"Self motivation adalah yang paling penting sebagai motor penggerak untuk mencapai tujuan apapun termasuk publikasi dan lainnya," kata Widya.
Lalu yang kedua, kata Widya, penulis harus selalu belajar bagaimana melakukan upgrading, baik secara science maupun inovasi. "Ketiga, bagaimana kita memetakan kelemahan dan kelebihan lingkungan ekosistem riset dan bagaimana belajar menempatkan diri untuk mencapai tujuan. Selanjutnya kita bisa menerapkan strategi dengan planning dan doing action," lanjutnya.
Periset yang sudah menghasilkan 167 publikasi baik nasional dan internasional dan 24 paten ini juga menjelaskan bagaimana membangun kelompok riset yang kompetitif. Pertama, kata Widya, adalah bagaimana membuat roadmap pengembangan kelompok riset dalam hal SDM maupun program.
Kedua, membangun tim riset yang bertumbuh untuk menciptakan pemenang. Ketiga, fokus pada kompetensi kelompok riset dan mencoba untuk memberi ruang untuk mengembangkan kompetensi individu.
Sedangkan yang keempat adalah bagaimana membangun jejaring kolaborasi dan branding kelompok riset dan yang terakhir adalah memanfaatkan peluang pendanaan seoptimal mungkin. "Kelompok riset kami memanfaatkan kolaborasi dengan universitas baik nasional maupun inernasional dengan skema PKS (Perjanjian Kerja Sama) dan non PKS. Saya juga memanfaatkan Pusat Kolaborasi Riset dan berkomitmen untuk mencapai capaian yang dipersyaratkan," sebutnya.
Kerja sama itu harus dilakukan di BRIN baik di dalam kelompok riset atau antarkelompok riset di dalam Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk, dalam satu organisasi riset, dan lintas organisasi riset. "Rencana yang akan dilakukan selanjutnya adalah bekerja sama dengan pemerintah daerah selain dengan industri," sambungnya.
Dilansir dari laman BRIN, Widya menambahkan agar manuscript layak dipublikasikan, artikel harus memiliki ide yang menarik dan bermanfaat, original, memiliki ketertarikan yang luas di bidangnya, perlu diorganisasikan dan ditulis dengan baik, ringkas dan dapat di sempurnakan di masa depan.
Lebih lanjut ia menjelaskan cara membangun ide adalah dengan cara membaca literatur, komunikasi dengan teman lalu membuat desain penelitian. Setelah melakukan riset, kemudian melakukan analisa data, smooting grafik dan gambar, membuat kerangka tulisan lalu menulis dan membacanya lagi.
Tahapan pembangunan penelitian dan publikasi menurut Widya, adalah dengan cara menetapkan target waktu penyelesaian keseluruhan rangkaian kegiatan penelitian, mem-break down tahapan pencapaian seluruh kegiatan dan target waktu masing-masing sub kegiatan. Kemudian diskusi rencana dan target output ke tim penelitian, keterlibatan tim secara utuh dan monitoring kemajuan kegiatan serta komitmen diri sendiri untuk menyelesaikan draft.
"Publikasi merupakan seni merancang riset, mengambil data, presentasi data yang menarik, menuangkan pikiran secara integratif dan mengelaborasi pemikiran didukung oleh referensi. Jika ada waktu luang, terima permintaan untuk reviu artikel, tulis apa yang diperoleh secara bertahap dan terus belajar untuk meningkatkan kemampuan," lanjut Widya.
Profesor Riset bidang kepakaran riset Teknologi Bioproses, Konversi Biomassa ini juga menceritakan pencapaiannya yang relevan dengan inovasi dan bagaimana pengalamannya untuk berkontribusi dalam inovasi landscape Indonesia.
Kepala Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk Akbar Hanif Dawam mengatakan, karya tulis ilmiah menjadi bagian penting dari sebuah penelitian. Tanpa karya tulis ilmiah, hasil penelitian yang dilakukan para periset tidak akan diketahui dan termanfaatkan oleh publik.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Baca juga: Jurnal JP3I UIN Jakarta Terindeks Scopus, Otomatis Raih Akreditasi Sinta-1 |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News