Dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Luluk Dwi Kumalasari mengatakan viralnya series Layangan Putus ini membawa beberapa dampak dalam kehidupan masyarakat. Luluk menjelaskan serial ini tak hanya mempengaruhi kalangan dewasa tetapi juga anak-anak
Terpaparnya anak-anak terhadap konten Layangan Putus ini dapat berdampak negatif bagi pola pikir mereka. Anak-anak jadi mengenal perselingkuhan, perceraian, dan ketidakharmonisan pada keluarga di usia yang masih sangat muda.
"Sebenarnya series ini sudah dibatasi dari anak kecil melalui sarana konten berbayar dan imbauan tentang penonton berusia 17 tahun ke atas. Namun viralnya cuplikan film Layangan Putus di beberapa media sosial seperti TikTok dan Instagram membuka akses bagi anak-anak untuk menonton," ujar Luluk , Kamis, 27 Januari 2022.
Baca: ?ITS Dirikan UKM, Sulap Limbah Perikanan Menjadi Gelatin
Luluk mengatakan para orang tua harus memberikan pemahaman lebih kepada anak terkait perselingkuhan maupun perceraian. Selain itu, orang tua juga bisa turut melakukan pembatasan konten dengan menggunakan fitur yang disiapkan platform media sosial.
Dampak lain setelah viralnya Layangan Putus, kata dia, ialah kekhawatiran bahwa pasangan akan melakukan perselingkuhan seperti yang diceritakan dalam film. Luluk menambahkan realitas mengenai perselingkuhan dan perceraian adalah fenomena lama yang sudah sering terjadi.
Hal ini juga berbanding lurus dengan budaya patriarki yang ada di Indonesia. Ketika telah memiliki banyak uang dan kekuasaan, maka laki-laki cenderung lebih merasa berkuasa dan leluasa untuk mengelola, mengatur serta memainkan sistem. Hal tersebut juga termasuk sistem keluarga, sehingga salah satu hal yang mungkin dilakukan adalah dengan bermain wanita.
Menurut dia, untuk meredam kekhawatiran tersebut, masing-masing pasangan harus menyadari hak dan kewajiban di rumah tangga. Ia percaya jika masing-masing pasangan telah melakukan hak dan kewajibannya secara benar maka kekhawatiran dan potensi untuk berselingkuh akan menghilang.
"Selain itu menumbuhkan kepercayaan antar pasangan juga dapat melawan kekhawatiran," kata dosen kelahiran Jombang itu.
Baca: Kisah Veronika Andrews, Alumnus FISIP UNS Kini Sukses Berkarier di Boeing
Selain dampak negatif yang datang, film ini juga dinilai memberikan pembelajaran yang baik bagi pasangan suami istri. Salah satunya adalah mengenali tanda-tanda perselingkuhan dan cara menghadapinya.
Selama ini, beberapa wanita tidak ingin melakukan perceraian ketika mengalami kasus perselingkuhan atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Hal itu tidak lepas akan penyematan status janda yang dianggap buruk oleh masyarakat sekitar.
"Saya paham bahwa alasan bercerai atau tidak itu sangat personal, entah karena anak ataupun karena percaya bahwa pasangan akan berubah. Namun ketika alasannya adalah karena janda merupakan sesuatu buruk, film Layangan Putus telah mematahkan pendapat tersebut," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id