Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

Psikolog UNAIR Ungkap Bahaya Gaslighting, Dapat Kikis Rasa Percaya Diri

Arga sumantri • 26 Mei 2021 15:12
Surabaya: Pakar Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) Primatia Yogi Wulandari mengungkap bahaya Gaslighting, salah satu bentuk hubungan manipulatif. Hubungan ini bersifat tidak seimbang, sebab salah satu pihak menempatkan pihak yang lain di atas segalanya.
 
Menurut dia, hubungan yang baik haruslah bertimbal balik, memunculkan rasa bahagia, dan saling mengahargai, serta menambah rasa percaya diri pada masing-masing individu yang terlibat. Hubungan tersebut disebut dengan hubungan yang sehat. Sementara itu, hubungan yang tidak sehat atau hubungan manipulatif adalah hubungan yang hanya menguntungkan sebelah pihak.
 
Perilaku gaslighting, kata dia, dapat mempengaruhi 'korban' sehingga meragukan penilaian dan persepsinya sendiri. Contohnya, pernyataan mengandung gaslighting yaitu 'aku enggak bohong', 'kamu terlalu membayangkan yang aneh-aneh', 'aku cuma becanda', 'masa gitu aja marah'. 

"Sehingga membuat korbannya kurang percaya diri. Pada titik tertentu, korban bahkan mempertanyakan kewarasannya," jelas Mima, sapaannya, mengutip siaran pers UNAIR, Rabu, 26 Mei 2021.
 
Baca: Orang Lapar Gampang Marah? Ini Penjelasan Pakar IPB
 
Gaslighting, kata dia, dapat terjadi dengan atau tanpa disadari oleh korban, bahkan pelakunya. Namun, motif yang dilakukan cukup jelas, yaitu menyelesaikan konflik dengan membuat korbannya menyetujui semua perbuatan pelaku. Perlu diingat, tidak semua kebohongan termasuk ke dalam gaslighting.
 
Kembali pada prinsip hubungan sehat, kata dia, bila kebohongan tersebut membuat korban meragukan dirinya sendiri, maka hal itu disebut sebagai gaslighting. Namun, bila kebohongan itu bukan untuk melemahkan self-trust salah satu pihak, contohnya, suami memuji istrinya pintar masak, sehingga membuat hubungan menjadi harmonis, maka tidak disebut gaslighting.
 
Mima menjelaskan, ada beberapa kondisi yang menjadi ciri suatu individu terjebak dalam hubungan gaslighting. Seperti, mempertanyakan persepsi dirinya sendiri, meminta maaf walaupun bukan pihak yang berbuat salah, memaklumi tindakan buruk pelaku. Korban gaslighting jugamerasa tidak bahagia tanpa tahu dengan jelas alasannya, serta sulit mengambil keputusan, meskipun dalam hal-hal sederhana.
 
Faktor utama yang membuat seseorang terjebak dalam hubungan gaslighting adalah rasa tidak aman, sehingga menimbulkan ketergantungan pada pelaku. Pelakunya ini bisa jadi orangtua, pasangan, saudara, teman, atasan. 
 
"Semakin dekat hubungan personal kedua individu, semakin riskan pula korban dimanipulasi oleh pelaku. Sehingga menimbulkan keraguan pada diri sendiri," jelas Mima.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan