Demikian hasil studi dan penelitian yang dikeluarkan Johns Hopkins Medicine and the Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, terkait penggunaan Plasma Konvalesen sebagai pengobatan awal untuk pasien penderita covid-19. Untuk saat ini, penggunaan Terapi Plasma Konvalesen masih terus dilakukan melalui serangkaian penelitian.
Hal tersebut didasari pada pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO) pada 7 Desember 2021, Plasma Konvalesen harus diberikan pada pasien yang berada di rumah sakit, sebagai bentuk pelayanan yang berbasis penelitian.
“Ternyata hal tersebut juga banyak dilakukan baik di rumah sakit di Indonesia maupun di luar negeri,” papar dokter di RS Unggul Karsa Medika. Monica yang menjadi pembicara mengenai efektivitas Plasma Konvalesen dalam menanggulangi pasien covid-19, dalam siaran persnya, Rabu, 16 Februari 2022.
Menurut Monica, penelitian Plasma Konvalesen masih terus berlangsung. RS Unggul Karsa Medika (RS UKM) dalam melaksanakan penelitian Plasma Konvalesen selalu berkomunikasi secara intensif dengan para peneliti Plasma Konvalesen. Baik yang saat ini bertugas di Mayo Clinic, Johns Hopkins University, dan juga Albert Einstein College of Medicine.
Dengan demikian diharapkan para pasien penderita covid-19 akan mendapatkan Plasma Konvalesen dengan kadar antibodi yang terbaik, yang dapat disediakan oleh PMI pada saat ini.
Baca juga: BRIN Fasilitasi Uji Klinik Suplemen Herbal PT Bintang Toedjoe untuk Pasien Covid-19
Pada 28 Desember 2021 Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika – Food and Drug Administration – FDA mengeluarkan pernyataan, bahwa plasma konvalesen dapat diberikan kepada pasien rawat jalan di samping kepada pasien rawat inap.
Terapi ini diberikan terutama kepada pasien-pasien yang memiliki gangguan imunitas atau mendapatkan terapi imunosupresif. Hal ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian multicenter di AS yang menemukan pemberian Plasma Konvalesen secara dini, dapat mencegah hospitalisasi lebih dari 50 persen.
Terlebih lagi penelitian besar tersebut mengacu kepada pemberian Plasma Konvalesen dalam 9 hari pertama, sejak gejala pertama penyakit covid-19 timbul. Ternyata hal tersebut juga menjadi parameter pemberian Terapi Plasma Konvalesen (TPK) sesuai pedoman Buku TPK di Indonesia.
Hasil penelitian pendahuluan yang sudah dilakukan menemukan bahwa pemberian Plasma Konvalesen dapat meningkatkan kadar antibodi. Selain itu juga menurunkan Interleukin-6 dan CRP secara nyata sebagai parameter inflamasi yang meningkat bila terjadi badai sitokin.
Penelitian ini dilakukan pada sejumlah pasien covid-19 dengan kriteria menderita gejala berat, yang memiliki minimal satu komorbid atau penyakit penyerta (Diabetes tipe 1 dan tipe 2), Hipertensi, Kanker, Kardiovaskular seperti Stroke dan penyakit Jantung. Selain itu juga ginjal, paru kronis termasuk Asma, hati seperti hepatitis atau kanker hati, demensia, gangguan kekebalan tubuh karena malnutrisi atau HIV, serta penyakit autoimun seperti lupus atau Rheumatoid Arthritis.
Hingga kini penelitian ini masih berlanjut sesuai perkembangan meningkatnya kasus covid-19 saat ini. Monica menambahkan, sebaiknya masyarakat lebih terbuka dalam menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan, karena di sejumlah pusat penelitian plasma di AS, pemberian Terapi Plasma Konvalesen sudah mulai berlanjut dan ditujukan kepada mereka yang berusia muda (anak-anak), sesuai dengan indikasi dari hasil penelitian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News