Ilustrasi. DOK Medcom
Ilustrasi. DOK Medcom

Ilmuwan Geoffrey Hinton Peringatkan Pelajaran Coding di Universitas Bisa Digantikan AI

Renatha Swasty • 11 April 2025 11:42
Jakarta: Masa di mana kecerdasan buatan (AI) semakin memengaruhi kehidupan manusia dari segala aspek mulai dari hal-hal saintifik hingga seni, membuat beberapa aspek di kehidupan manusia menjadi terancam hilang digantikan oleh mesin.
 
Dikutip dari The Economic Times, salah satu pakar terkenal di dunia mengeluarkan prediksi yang mengguncang pikiran dan dapat menjungkirbalikkan pendidikan tradisional. Pakar tersebut adalah Geoffrey Hinton, yang dikenal juga sebagai Godfather of AI sekaligus peraih Nobel Fisika baru-baru ini.
 
Ilmuwan Komputer yang dijuluki Bapak dari AI ini memiliki karier luar biasa di bidang teknologi. Ia pernah menjadi salah satu penulis makalah penting tahun 1986 tentang backpropagation (algoritma yang digunakan dalam AI), mempelopori inovasi deep learning seperti AlexNet, dan ikut mendirikan Vector Institute. Hinton merupakan salah satu tokoh yang paling dihormati di bidang kecerdasan buatan.

Nobel Fisikanya ia dapatkan pada tahun 2024 atas karya dasarnya dalam jaringan neural atau sebuah model komputasi yang terinspirasi dari struktur dan cara kerja otak manusia (Neural Networks). Neural Network ini berfungsi dalam AI untuk mengenali pola data dengan meniru cara kerja sel saraf manusia.
 
Walaupun sebagai salah satu pewaris pada aspek AI, ia juga kerap vokal mengkritik kemajuan AI yang tidak terawasi. Setelah meninggalkan Google pada 2023 untuk berbicara secara terbuka tentang potensi risiko AI, Hinton berulang kali mendesak pemerintah dan perusahaan memprioritaskan keamanan, etika, dan inovasi yang bertanggung jawab.
 
Komentarnya baru-baru ini membahas mengenai masa depan pendidikan Ilmu Komputer yang mungkin tidak diharapkan untuk didengar oleh para calon coder. Hinton percaya dalam dekade berikutnya, tutor AI akan mencapai tingkat kecanggihan yang membuat pendidikan sarjana di universitas, terutama mata pelajaran teknis seperti pengkodean (coding) hampir tidak berguna lagi.
 
“Jika seorang guru privat itu dua kali lebih baik, (teknologi) ini akan menjadi tiga atau empat kali lebih baik,” beber Hinton.
 
Bagi para pelajar, ini adalah revolusi yang sedang terjadi. Namun bagi institusi, ini adalah persoalan eksistensial.

Apakah universitas masih perlu dipertahankan?

Dari pengamatan Hinton menunjukkan adanya perubahan paradigma tentang bagaimana pengetahuan akan disampaikan dalam waktu dekat. Meskipun universitas telah lama menjadi penyedia pelatihan profesional dan teknis utama, AI mungkin akan segera mendemokratisasi pendidikan yang belum pernah ada sebelumnya.
 
“Ini mungkin bukan kabar baik bagi universitas, tetapi ini adalah kabar baik bagi orang-orang yang sedang mempelajari sesuatu,” ujar Hinton.
 
Hinton juga ditanyakan tentang apakah hal tersebut akan menimbulkan kendala bagi siswa yang mendaftar di program ilmu komputer, Hinton menjawab tegas. “Mungkin saja, iya.”
 
Baca juga: Google Siapkan Dana Jumbo untuk AI

Namun, ia mengakui ada satu area kritis di mana institusi tradisional akan tetap diperlukan yaitu, penelitian. Menurut Hinton, penelitian tidak diatur oleh aturan atau metode yang tetap - penelitian adalah sebuah proses belajar.
 
Belajar untuk melakukan pencarian orisinil, menantang asumsi, dan mengembangkan teori-teori baru masih membutuhkan bimbingan dan lingkungan yang mendalam dan itu saat ini hanya dapat disediakan oleh universitas.

Bagaimana calon pembuat kode menanggapi ini?

Untuk mereka para pelajar, terutama yang mengincar gelar di bidang komputer, yang harus diambil dari pernyataan Hinton adalah jangan terlalu khawatir meskipun komentarnya mungkin terdengar seperti prediksi yang suram, karena hal ini juga menghadirkan peluang.
 
Ketika sistem AI mengambil alih pembelajaran reguler, mahasiswa mungkin perlu memikirkan kembali nilai-nilai yang mereka cari dari universitas. Penekanan dapat bergeser dari pembelajaran hafalan dan dasar-dasar pengkodean ke kreativitas, pemecahan masalah interdisipliner, dan penelitian mutakhir.
 
Ketika komentar Hinton merebak di komunitas akademis dan teknologi, satu hal yang jelas adalah: Revolusi AI tidak mengubah masa depan pekerjaan – tetapi juga mendefinisikan kembali bagaimana kita belajar, mengapa kita belajar, dan ke mana kita melakukannya.
 
Pernyataan Geoffrey Hinton ini memberikan kegelisahan bagi para siswa program ilmu komputer. Sebuah postingan di Reddit pada dua tahun lalu menangkap sentimen ini dengan pedih, yang berisikan seorang siswa mempertanyakan apakah gelar CS mereka akan menjadi tidak berguna karena kemajuan pesat AI?
 
Meskipun telah mencurahkan upaya dalam tugas kalkulus dan pengkodean, siswa tersebut menyatakan keraguannya tentang nilai jangka panjang dari pendidikan mereka – terutama setelah seorang profesor setengah bercanda bahwa AI dapat segera menggantikan pendidik dan pengembang.
 
Prediksi Hinton telah menyuarakan apa yang sudah dirasakan oleh banyak orang di generasi berikutnya: cara tradisional mungkin akan hilang dan tantangan sebenarnya terletak pada adaptasi model pendidikan yang mengutamakan orisinalitas, kemampuan beradaptasi, dan pemikiran kritis lebih penting daripada sebelumnya.
 
Dengan sistem AI yang sekarang mampu menulis kode dan memecahkan masalah yang dulunya hanya diperuntukkan bagi para insinyur tingkat pemula, kekhawatiran ini tidak lagi bersifat hipotesis. (Alfi Loya Zirga)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan