Ilustrasi Aenose. DOK Unair
Ilustrasi Aenose. DOK Unair

Aenose, Alat Deteksi Kualitas Daging Ayam Buatan Unair Terdaftar Hak Paten

Renatha Swasty • 27 Januari 2023 14:36
Jakarta: Sebanyak tiga dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair) menciptakan sistem instrumentasi Aenose berbasis sensor larik gas MQ untuk klasifikasi kualitas daging ayam. Inovasi Suryani Dyah Astuti, Winarno, dan Deny Arifianto itu telah mendapat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) berupa hak paten pada Januari 2022.
 
Ketua inventor Astuti menjelaskan Aenose atau Airlangga electronic nose terdiri dari delapan sensor larik gas MQ yang terintegrasi dengan rangkaian sistem kendali.  Sehingga, mampu melakukan karakterisasi campuran gas berbeda.
 
Teknologi ini memanfaatkan sensor gas yang meniru fungsi indra penciuman manusia untuk mendeteksi kualitas bahan pangan berdasarkan bau bakteri kontaminan.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Molekul-molekul yang beraroma gas itu dibawa ke jaringan epitel yang mengandung jutaan sel pengindra berupa sensor maupun reseptor. Nah, reseptor ini mengubah sinyal kimiawi menjadi sinyal dalam bentuk elektrik yang kemudian dikirim melalui saraf ke pusat otak kita untuk mendeteksi bagaimana bau yang sudah dihirup oleh hidung,” papar Astuti dikutip dari laman unair.ac.id, Jumat, 27 Januari 2023.  
 
Dia menjelaskan empat komponen utama Aenose meliputi larik sensor gas berupa material polimer konduktif, quartz-micro balance, surface acoustic wave, dan logam oksida; sistem headspace untuk proses sensing dan purging; sistem akuisisi data menggunakan mikrokontroler; serta sistem analisis komputasi guna menangkap pola-pola sinyal elektrik dari hasil akuisisi data. Aenose menggabungkan ilmu fisika, kimia, dan komputasi.
 
Ide pengembangan Aenose bermula dari kolaborasi dengan Kuwat Triyana dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang saat itu memanfaatkan e-nose sebagai alat deteksi covid-19. Selanjutnya, Astuti beserta tim yang dibantu beberapa mahasiswa merangkai sendiri sistem Aenose yang pertama, namun belum berhasil.
 
Proses pembuatan Aenose kemudian menggunakan percobaan dua jenis sensor gas yakni sensor TGS dan sensor MQ yang memakan waktu sekitar enam bulan. Setelah melalui tahap pengujian, instrumen Aenose berbasis sensor gas MQ akhirnya sukses hingga publikasi.
 
Fungsi utama penggunaan Aenose yakni konsumen dapat mendeteksi apakah kualitas daging ayam masih segar atau tidak. Astuti menyebut kecanggihan alat ini mampu mengubah data kualitatif menjadi semi kuantitatif berdasarkan tingkat kebusukan daging yang telah diklasifikasi dengan uji organoleptik.
 
“Misalkan, daging seperti kekuningan, pucat, baunya sekian itu kita deskripsikan sebagai rendah. Kemudian, agak kehitaman berarti sedang dan kalau sudah busuk, berlendir, berair, kita deskripsikan rusak parah. Dengan kita mendeskripsikan itu maka kita sudah memberikan ekstraksi ciri sehingga pada saat ada sampel yang sama, maka mesin akan mendeteksi dengan cepat,” papar dia.
 
Guru besar Biofisika ini menyebut Aenose belum diproduksi luas karena minimnya respons pasar industri. Padahal, keberadaan alat deteksi kualitas daging ayam penting untuk mengetahui kelayakan konsumsi. Dia berharap ke depan masyarakat dapat menerima inovasi tersebut.
 
“Saya harapkan pasti ada orang yang memang menjunjung tinggi kepercayaan konsumen itu yang utama sehingga alat untuk deteksi kualitas bahan pangan tentu sangat dibutuhkan. Kita juga ingin menghasilkan alat yang portabel dan mudah di dalam pengujiannya agar nanti bisa dipakai oleh masyarakat dengan harga yang terjangkau,” ujar Astuti.
 
Baca juga: Yes! Alat Monitoring Cuaca dan Kualitas Udara Karya Peneliti Unair, AIRFEEL, Kantongi HKI

 
(REN)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif