Ketua PUI Baterai Lithium Agus Purwanto. DOK UNS
Ketua PUI Baterai Lithium Agus Purwanto. DOK UNS

UNS Kembangkan Baterai Low Cost untuk Kendaraan Listrik

Renatha Swasty • 03 Maret 2022 15:18
Jakarta: Program mewujudkan kendaraan listrik nasional bukan lagi wacana. Tantangan saat ini membangun ekosistem, sehingga kendaraan listrik siap digunakan.
 
Pusat Unggulan IPTEK (PUI) Baterai Lithium Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menjadi bagian penting dari pengembangan kendaraan listrik. Khususnya dalam pengembangan baterai low cost.
 
“Agar proses adopsi kendaraan listrik ini bisa cepat, tentu harga jualnya harus sama atau bahkan lebih murah daripada kendaraan dengan ICE yang sekarang beredar luas di masyarakat,” kata Ketua PUI Baterai Lithium Agus Purwanto dikutip dari laman uns.ac.id, Kamis, 3 Maret 2022.

Agus menuturkan sebagai pembangun ekosistem kendaraan listrik, tentu ingin menggunakan kendaraan listrik full Battery Electric Vehicles (BEVs). Sehingga peran mesin pembakaran dalam kendaraan listrik bisa diminimalkan untuk mengurangi emisi yang ditransportasi.
 
Baterai sebagai salah satu komponen kunci memiliki peran penting dalam proses adopsi kendaraan listrik. Sebab, saat ini baterai menjadi komponen dengan harga relatif mahal dibandingkan dengan komponen-komponen kendaraan listrik lainnya.
 
Sehingga, baterai menjadi titik optimasi dalam proses produksi untuk menurunkan harga jual kendaraan listrik tersebut. Agus menuturkan perlu proses panjang untuk menekan harga baterai atau proses develop baterai. Dimulai dari proses raw materials, di antaranya nikel, lithium, cobalt, aluminium, dan besi.
 
“Tentunya pada saat kendaraan listrik ini menjadi banyak dan booming, kita harus pikirkan proses recycle-nya,” kata Agus.
 
Dia menuturkan dalam baterai lithium ion material paling mahal adalah katoda. Sebenarnya, fokus membuat material katoda low cost juga menjadi penting dalam pengembangan baterai untuk kendaraan listrik.
 
Selain mengembangkan komponen baterai low cost, juga bisa membuat baterai dengan performa tinggi. Pihaknya menargetkan pada 2021 sampai 2025 membuat kendaraan 1.000 km battery range menggunakan bipolar solid-state Li battery.
 
Sebab, dari sisi riset tidak hanya baterai lithium saja yang dikembangkan karena harga material yang sudah mulai naik. Sehingga dicari alternatif lain yang tingkat kelimpahan materialnya lebih besar. Misalnya, sodium ion dan aluminium ion baterai.
 
Baca: Kadin Indonesia Memandang Industri Baterai Sangat Sexy
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan