Namun, pernahkah Sobat Medcom bertanya, sejak kapan sebenarnya nenek moyang kita mulai mengonsumsi daging? Para ilmuwan telah lama meneliti asal-usul ini. Melansir laman History.com, transisi manusia menjadi pemakan daging ternyata didorong oleh perubahan iklim ekstrem dan kebutuhan bertahan hidup.
Pergeseran pola makan ini diperkirakan terjadi antara 2,6 hingga 2,5 juta tahun yang lalu. Saat itu, bumi mengalami perubahan suhu yang signifikan menjadi lebih panas dan kering.
Sebelum masa ini, nenek moyang manusia (hominin) hidup dengan pola makan nabati seperti buah-buahan, daun, biji-bijian, dan umbi-umbian. Namun, suhu panas membuat hutan lebat menyusut dan padang rumput (sabana) meluas.
"Ketika tanaman hijau semakin langka, tekanan evolusi memaksa manusia purba mencari sumber energi baru," tulis laporan tersebut.
Padang rumput yang luas mendukung populasi hewan herbivora yang besar. Artinya, lebih banyak daging yang tersedia. "Lebih banyak rumput berarti lebih banyak hewan penggembala, dan lebih banyak hewan mati berarti lebih banyak daging," kata ​Penulis buku Meathooked, Marta Zaraska.
Jangan bayangkan nenek moyang kita langsung berburu dengan gagah berani. Sekitar 1,8 juta tahun lalu, manusia purba kemungkinan besar adalah pemakan bangkai (scavengers), bukan pemburu aktif.
Mereka memanfaatkan sisa mangsa dari predator puncak saat itu, seperti kucing besar bergigi pedang (saber-toothed cats). Kucing purba ini sering menyisakan bangkai mangsa yang kemudian dimanfaatkan oleh manusia purba.
Transisi makan daging ini bertepatan dengan kemunculan Homo habilis atau "manusia terampil". Arkeolog menemukan ribuan pisau batu di Kenya yang berasal dari 2 juta tahun lalu.
Karena gigi dan rahang manusia purba tidak sekuat karnivora murni, mereka menggunakan alat batu sebagai "gigi kedua". Alat ini digunakan untuk memotong daging dari bangkai zebra atau memecahkan tulang untuk mengambil sumsum yang kaya nutrisi.
Salah satu dampak terbesar dari makan daging adalah evolusi otak manusia. Otak manusia modern membutuhkan energi yang sangat besar, yakni sekitar 20 persen dari total energi tubuh. "Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa daginglah yang membuat kita menjadi manusia," ujar Zaraska.
Daging adalah makanan "berkualitas tinggi" yang padat kalori. Dengan asupan kalori yang efisien dari daging, sistem pencernaan manusia perlahan menyusut (karena tidak perlu lagi mencerna serat tanaman dalam jumlah masif), dan energi tersebut dialihkan untuk pertumbuhan otak yang eksplosif.
Jadi, rasa "nagih" saat makan daging hari ini sebenarnya adalah warisan evolusi jutaan tahun lalu saat nenek moyang kita berjuang mencari kalori terbaik untuk bertahan hidup. (Sultan Rafly Dharmawan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News