"Yang berlomba (untuk menemukan vaksin) adalah para pabrik, karena memang di dunia barat rata-rata yang mengembangkan vaksin adalah perusahaan swasta, pemerintah tidak campur tangan, pemerintah hanya dalam posisi membeli dan memakai karena yang melakukan imunisasi massal adalah pemerintah," kata Bambang dalam gelar wicara virtual, Jakarta, Selasa, 9 Juni 2020.
Sementara di Indonesia, kata dia, pemimpin pembuatan vaksin adalah PT Bio Farma yang merupakan badan usaha milik negara (BUMN), dan tidak masuk pasar modal. Sisi riset vaksin juga dikuasai Lembaga Eijkman, yang di bawah Kementerian Riset dan Teknologi. Dana pengembangan vaksin mayoritas disokong pemerintah.
Ia menyatakan, Indonesia sedang membentuk tim pengembangan vaksin nasional yang berisikan berbagai kementerian dan lembaga, serta swasta. Anggota tim antara lain Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian BUMN, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Perindustrian.
"Kita ingin mendapatkan vaksin dalam waktu relatif cepat artinya tidak tertinggal dari negara lain dan kita mengembangkan vaksin Indonesia sendiri yang efektif untuk virus yang beredar di Indonesia," tutur Bambang.
Baca: UI Terima Rp8,1 Miliar untuk Riset Covid-19
Indonesia merupakan negara besar dengan lebih dari 250 juta penduduk. Jika ingin melakukan vaksinasi terhadap dua per tiga dari total penduduk Indonesia, maka paling tidak harus memproduksi sekitar 250 juta sampai 300 juta ampul karena satu orang bisa membutuhkan dua ampul.
"Ada perusahaan swasta di luar ada yang mengklaim bisa memproduksi 1 miliar ampul vaksin setahun sementara Bio Farma bisa memproduksi 250 juta ampul," ujarnya.
Dengan kebutuhan yang besar itu, Bambang mendorong kemandirian bangsa dalam pengembangan dan produksi vaksin. Jika sepenuhnya harus bergantung pada impor dan luar negeri, maka akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dan bisa terjadi lonjakan harga karena permintaan secara global luar biasa besar dan sisi suplai terbatas.
"Kalau membeli langsung ada kemungkinan harganya tidak bisa normal dalam kondisi pandemi," tuturnya.
Jika melihat banyaknya penduduk dunia yang membutuhkan vaksin covid-19, naluri ekonomi dan bisnis menyebabkan banyak perusahaan berlomba-lomba membuat vaksin karena permintaan yang besar.
Perusahaan swasta di luar negeri yang mengembangkan vaksin terus menginformasikan kemajuan pengembangan vaksin secara berkala untuk meningkatkan harga saham mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News