Ilustrasi. Foto: MI/Susanto
Ilustrasi. Foto: MI/Susanto

Waspada Gempa, Peneliti ITS Sebut Surabaya Dilewati Dua Sesar Aktif

Citra Larasati • 19 Januari 2021 11:22
Jakarta:  Berdasarkan data Pusat Gempa Nasional 2017 disebutkan bahwa banyak kota di Indonesia dilewati sesar aktif yang berpotensi mendorong terjadinya gempa. Laporan yang tersaji dalam bentuk peta bahaya gempa itu menunjukkan potensi gempa akibat sesar aktif juga tidak sedikit berada di provinsi Jawa Timur.
 
Di antaranya ada sesar Wonorejo di Kabupaten Banyuwangi, sesar Probolinggo di Kabupaten Probolinggo, dan sesar Pasuruan di Kabupaten Pasuruan.  "Kota Surabaya bahkan dilewati oleh dua sesar yang berbeda, yaitu sesar Surabaya dan sesar Waru,” kata Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Amien Widodo dalam keterangan tertulis, Selasa, 19 Januari 2021.
 
Terkait persebaran sesar di Surabaya. Keberadaan sesar Waru memanjang dari Gresik, melewati Mojokerto, Jombang, Nganjuk, hingga Saradan. Sesar-sesar ini masih aktif dan mengalami pergerakan setiap tahunnya rata-rata sejauh 0,05 milimeter.

Maka sudah sepatutnya, kata Amien, masyarakat mewaspadai terjadinya gempa dan meminimalisasi kerugian yang mungkin terjadi.  Sebelum tak terkendali, lanjutnya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) dan terkhusus Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya seharusnya telah menyiapkan langkah antisipasi.
 
Amien menyarankan kepada pemerintah untuk melakukan asesmen ancaman gempa, asesmen kerentanan bangunan dan kerentanan tanah, serta asesmen kapasitas masyarakat.  “Bila kawasan tersebut mempunyai kondisi tanah yang buruk dan bangunan yang kurang kokoh, maka bisa dikategorikan kawasan berisiko tinggi,” tuturnya.
 
Baca juga:  Peneliti ITS Beberkan Sejumlah Fakta Gempa Sulawesi Barat
 
Sebaliknya, apabila kondisi lapisan tanahnya kuat dan bangunan pun berdiri kokoh, maka kawasan dapat masuk dalam klasifikasi kawasan berisiko kecil.  Berdasarkan peta zonasi kawasan dengan tingkat risiko yang rendah hingga tinggi ini, dapat dibuat dan dijadikan acuan mitigasi.
 
Setiap kawasan akan sangat mungkin memiliki arahan mitigasi yang berbeda, sesuai dengan levelisasi itu. Baik itu arahan mitigasi struktural, maupun arahan mitigasi nonstruktural, keduanya sama-sama penting dan perlu untuk diedukasikan kepada masyarakat.
 
Pada dasarnya, bencana alam tidak akan menimbulkan korban jiwa jika terjadi di kawasan tak berpenduduk. Namun, bukan sesuatu yang tidak mungkin untuk menghindari kerugian yang besar di kawasan padat penduduk. “Maka, mari kenali bencana. Kita kenal dengan bencana, kita selamat,” seru Amien.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan