Ketua Inventor, Junaidi Khotib, menjelaskan tahapan penelitian dimulai dengan pemilihan dan preparasi ligan yang berasal dari metabolit tanaman serai menggunakan database KNAPSACK Family. Dari proses tersebut, diperoleh tujuh metabolit sekunder serai, yaitu citronellal, citral, lonicerin, (Z)-citral, (E)-citral, swertiajaponin, dan orientin.
Ketujuh metabolit sekunder serai itu menunjukkan profil toksisitas yang baik setelah diuji menggunakan pkCSM online tool. Kemudian, seluruh proses dilakukan dengan metode in silico seperti penentuan protein target hingga penambatan molekul.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Metode in silico adalah simulasi pada komputer jadi ada struktur reseptor dan struktur antigen, dia berikatan menimbulkan alergi. Kalau berbagai senyawa yang kita eksplorasi kita gunakan untuk ngeblok bisa, maka tidak alergi dan sebaliknya,” kata Junaidi dikutip dari laman unair.ac.id, Rabu, 22 Maret 2023.
Hasil riset menemukan dua dari tujuh metabolit sekunder serai, yakni swertiajaponin dan orientin berpotensi untuk obat anti rhinitis alergi. Kedua metabolit sekunder itu menghasilkan interaksi yang baik dengan protein JAK1, tetapi tidak pada protein JAK2, JAK3, dan TYK2.
“Kita ingin mengembangkan apakah dari tanaman itu bisa kita kembangkan untuk alergi. Kita lakukan identifikasi pada senyawa serai, kemudian kita lakukan elusidasi struktur yaitu bagaimana titik tangkap reseptor untuk alergi dalam tubuh kita,” kata pakar bidang farmakologi molekuler tersebut.
Selama proses penelitian berlangsung, dia mengaku tidak mengalami hambatan. Keberhasilan riset ini didukung kelengkapan fasilitas milik fakultas dengan adanya teaching industry yang terintegrasi di bawah koordinasi Lembaga Pengembangan Bisnis dan Inkubasi (LPBI) UNAIR.
Riset yang diketuai Junaidi menghasilkan temuan serai sebagai bahan baku potensial untuk obat rhinitis alergi. Rhinitis alergi merupakan reaksi alergi yang ditandai dengan gejala bersin, hidung tersumbat, dan mata gatal.
Dia berharap inovasi ini dapat menjadi rujukan tanaman serai tidak hanya bermanfaat sebagai aromatik, namun juga bisa mengatasi penyakit rhinitis alergi. Sehingga, inovasi tersebut membawa angin segar dalam pengembangan obat medis.
“Tentu kita harapkan ini bisa sebagai upaya untuk melindungi keilmuan terkait dengan penggunaan serai untuk anti alergi. Selain serai sudah memberikan manfaat yang banyak untuk aromatik dan anti nyamuk, tentu ini akan memberikan kebaikan kepada masyarakat,” ujar dekan FF Unair itu.
Temuan tim peneliti Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga (Unair) itu terdaftar dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) berupa hak paten pada Agustus 2022.
Baca juga: Pakar Unair: Leptospirosis Bisa Menyerang Hewan Peliharaan di Rumah |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id