Pendanaan riset ini juga dibantu oleh The Hitachi Global Foundation. Dekan Fakultas Teknologi Industri, Prof. Brian Yuliarto menyampaikan Wasted-water-based epidemiology (WBE) merupakan gebrakan baru untuk mengetahui wabah secara lebih cepat. Diharapkan WBE dapat menjadi teknologi yang membantu menangani pandemi di masa depan.
Profesor dari Interdisciplinary Center for River Basin Environment, Graduate Faculty of Interdisciplinary Research, University of Yamanashi, Prof. Eiji Haramoto menjelaskan latar belakang pentingnya penelitian epidemi dengan Wasted-water-based epidemiology (WBE). Wasted-water atau air limbah terutama limbah rumah tangga dapat digunakan sebagai deteksi dini pandemi, pencegahan untuk kluster membesar, dan mempertimbangkan akhir dari pandemi.
Hal ini karena air limbah membawa feses ke lingkungan sehingga dapat membawa penyakit. Selama ini kasus covid-19 yang dilaporkan umumnya memiliki gejala, tapi dengan WBE dapat memprediksi kasus yang tidak bergejala juga. “Jepang memiliki kendala karena konsentrasi SARS-CoV-2 yang rendah akibat insiden yang rendah. We proposed the importance and potential of WBE to better understand,” kata Eiji dilansir dari laman ITB, Rabu, 13 September 2022.
Associate Professor at Division of Environmental Engineering, Hokkaido University, Prof. Masaaki Kitajima memaparkan penemuan WBE di Jepang. Metode yang digunakan adalah deteksi virus dengan menggunakan alat PCR dan NGS untuk klasifikasi varian.
Hal yang paling penting adalah konsentrasi dari virus. Ia melanjutkan, WBE dapat digunakan untuk melihat tren dari kasus covid-19 serta deteksi kasus dalam rentang satu minggu.
Agar dapat mendeteksi lebih akurat, tingkat sensitivitas kit juga dinaikkan. Nama metode tersebut adalah EPISENS-S yang merupakan metode sangat sensitif untuk uji air limbah secara berkala.
Uji coba metode dilakukan di lima kota besar di Jepang, tapi hasil tidak maksimal karena kasus yang sedikit. “Kami juga menggunakan WBE untuk tracking saat Olimpiade serta Paralimpiade Musim Panas 2022 dengan mengambil air limbah dari 7 area asrama para delegasi. Hasil yang didapatkan adalah 33.8 persen disebabkan oleh sensitivitas terlalu tinggi hingga dapat mendeteksi pasien yang sudah selesai masa karantina,” jelas Masaaki.
Indonesia juga sudah mengaplikasikan WBE dengan kerja sama e-Asia Joint Research Program. Peneliti dari ITB adalah Dr. Ahmad Soleh Setiyawan, sedangkan peneliti dari ITB dan University of Yamanashi adalah Aulia F. Rahmani, M.Eng. Metode yang digunakan mirip dengan metode yang digunakan di Jepang.
Kota yang dilakukan uji adalah Bandung. Hasil dari tes dengan WBE dapat menentukan varian yang dominan pada setiap gelombang. WBE sangat potensial untuk digunakan agar pengamatan air limbah berkala sehingga dapat memberikan peringatan awal saat terjadi wabah.
“Thank you dean, colleague, and teams. We still have some time to go. Address to you Indonesia communities, thank you for your contribution. Hopefully we can meet again in the new research,” pungkas Prof. Tjandra Setiadi dari ITB.
Baca juga: Aplikasi SI PAUD, Cegah Amputasi pada Pasien Diabetes |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News