Ilustrasi/Freepik
Ilustrasi/Freepik

Riset IPB Ungkap Risiko Penyakit Kulit di Pengungsian Banjir Sumatra, Apa Saja?

Citra Larasati • 16 Desember 2025 16:53
Jakarta: Banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra dan Aceh tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik, tetapi juga berdampak serius pada kesehatan masyarakat, khususnya warga yang tinggal di pengungsian. Salah satu masalah kesehatan yang kerap meningkat pascabencana adalah penyakit kulit.
 
Kondisi lingkungan pengungsian yang lembab, padat, dan terbatas akses sanitasi membuat pengungsi rentan mengalami berbagai infeksi kulit. Risiko ini semakin tinggi akibat paparan air banjir yang tercemar.
 
Dosen Fakultas Kedokteran (FK) IPB University, dr. Widya Khairunnisa Sarkowi, MSc, menjelaskan, air banjir merupakan faktor utama pemicu munculnya gangguan kesehatan kulit pascabencana.

“Air banjir umumnya bercampur lumpur, sampah rumah tangga, kotoran, hingga bangkai hewan. Paparan dalam waktu lama sangat ideal memicu penyakit kulit,” ujarnya.

Temuan Riset

Menurut Widya, berbagai temuan riset dari negara-negara yang sering mengalami banjir menunjukkan pola yang konsisten, yakni meningkatnya kasus penyakit kulit pada fase tanggap darurat. Pola serupa juga berulang di berbagai lokasi banjir di Indonesia.
 
“Jenis yang paling sering ditemukan adalah dermatitis kontak, infeksi jamur, dan infeksi bakteri. Ini merupakan pola umum pascabencana,” jelasnya.
 
Ia merinci, dermatitis kontak biasanya ditandai dengan kulit kemerahan, gatal, dan perih akibat paparan air banjir atau bahan pembersih. Infeksi jamur, seperti kurap di badan, selangkangan, dan sela jari kaki, juga banyak ditemukan akibat kondisi lembap. Sementara infeksi bakteri, seperti impetigo, folikulitis, dan selulitis, kerap muncul pada warga yang memiliki luka terbuka.
 
Tidak sedikit korban banjir mengalami luka traumatik akibat tersayat puing atau benda tajam saat evakuasi. Dalam kondisi lingkungan yang kurang higienis, luka tersebut sangat mudah terinfeksi.

Gejala Serius Perlu Diwaspadai

Dosen ilmu biomedik farmakologi tersebut mengingatkan agar masyarakat tidak mengabaikan gejala infeksi kulit yang semakin berat.
 
“Kulit yang memerah luas, bengkak, hangat, atau terasa sangat nyeri bisa menandakan infeksi yang lebih dalam. Jika luka memburuk, bernanah, berbau, atau disertai demam, segera cari pertolongan medis,” tegasnya.

Kelompok Paling Rentan

Widya menuturkan bahwa kelompok dengan keterbatasan akses kebersihan dan layanan kesehatan menjadi yang paling rentan terkena penyakit kulit di pengungsian. “Masyarakat dengan kondisi sosial-ekonomi rendah, tinggal di lingkungan padat, dan memiliki akses air bersih terbatas memiliki risiko paling tinggi,” katanya.
 
Kelompok rentan tersebut meliputi anak-anak, lansia, ibu hamil, penderita penyakit kronis seperti diabetes, kanker, HIV, gangguan ginjal, serta individu dengan kondisi malnutrisi. Daya tahan tubuh yang lebih lemah membuat mereka lebih mudah mengalami infeksi dan komplikasi.
 
Baca juga:  Dewan Profesor USK Kirim Surat Terbuka ke Presiden Prabowo Desak Buka Akses Bantuan Internasional

Edukasi Pencegahan di Situasi Darurat

Sebagai upaya pencegahan, dr. Widya menekankan pentingnya menjaga kebersihan diri meski dalam kondisi darurat.
 
“Usahakan mandi dengan air bersih dan sabun ketika memungkinkan, gunakan alas kaki, serta hindari berbagi barang pribadi seperti handuk dan pakaian,” imbaunya.
 
Ia juga menyoroti pentingnya menjaga area lipatan tubuh tetap kering untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri. “Kasus tinea cruris dan tinea pedis sangat sering muncul setelah banjir akibat kelembapan yang tidak terkontrol,” ujarnya.
 
Selain itu, masyarakat diminta berhati-hati menggunakan bahan pembersih dengan kandungan kimia keras karena dapat memicu iritasi kulit. Sebelum mendapatkan penanganan medis, warga dapat melakukan pertolongan pertama sederhana dengan prinsip bersihkan, keringkan, dan lindungi.
 
“Setelah terpapar air banjir, segera cuci bagian kulit yang gatal atau muncul ruam dengan air bersih dan sabun, lalu keringkan menggunakan handuk bersih,” pungkasnya.
 
Baca juga:  UGM: Hunian Pascabencana di Sumatra Harus Berbasis Riset Geologi

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan