Ternyata ketetapan tanggal perayaan Natal memiliki latar belakang. Melansir unggahan instagram @direktorat.sma setidaknya penetapan Natal pada 25 Desember memiliki dua latar belakang.
Adapun dua latar belakang itu karena adanya pengaruh budaya pangan. Selain itu terdapat pula hitungan teologis yang membuat perayaan Natal jatuh pada 25 Desember.
Ini latar belakang kenapa Natal dirayakan setiap 25 Desember:
Pengaruh Budaya Pagan
Tanggal 25 Desember diambil dari tanggal perayaan Dies Natalis Solis Invicti atau "Kelahiran Dewa Matahari yang Tak Terkalahkan". Hal ini terjadi pada masa Romawi.Perayaan Dies Natalis Solis bertujuan untuk merayakan titik balik matahari musim dingin. Umat kristen masa itu kemudian menghubungkan simbol kemenangan cahaya atas kegelapan dengan kelahiran Yesus Kristus.
Perhitungan Teologis
Menurut perhitungan tradisional, Yesus disalibkan pada 25 Maret. Jika ditambahkan sembilan bulan, maka kelahiran Yesus jatuh pada tanggal 25 Desember.Hal ini didukung oleh tulisan kuno. Di antaranya tulisan karya Ignatius dari Antiokhia dan Tertullian.
Di Indonesia, Natal tahun ini mengangkat tema "Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem”. Tema ini diambil dari ayat Alkitab Lukas 2:15.
Tema pesan perayaan Natal 2024 ini diumumkan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). Sekretaris Komisi KWI Romo Diakon Frans Adi Kristi Prasetya, mengungkapkan bahwa tema Natal kali ini, "Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem", mengandung makna yang dalam dan mengajak umat untuk merenungkan ajakan kasih dan solidaritas Allah.
Frans Adi Kristi Prasetya menjelaskan, tema Marilah Sekarang Kita Pergi ke Bethlehem diambil dari peristiwa dalam Alkitab ketika para gembala yang pertama kali menerima kabar kelahiran Yesus Kristus. "Kalau kita menyebut kata Marilah, ini adalah sebuah ajakan. Tema ini mengingatkan kita akan seruan Paus yang menyerukan Watekiaso pada sambutannya di Gelora Bung Karno, yaitu ajakan untuk membuat kebisingan, dalam arti ajakan untuk melakukan tindakan kasih dan mewartakan kabar sukacita," ujar Kristi di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Selasa, 24 Desember 2024.
Baca juga: Mendikdasmen: Semangat Natal Jadi Spirit untuk Beri Layanan Pendidikan Terbaik |
Kristi menambahkan, tema ini bukan hanya mengajak umat untuk melihat makna kelahiran Kristus, tetapi juga mengajak umat untuk berinternalisasi dan mencermati bagaimana Allah bersolidaritas dengan manusia yang lemah dan berdosa. Ia juga menekankan pentingnya solidaritas, terutama terhadap mereka yang lemah, miskin, tersingkir, dan disabilitas.
"Kita diajak untuk memperhatikan mereka yang lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Kita diajak berjalan bersama untuk mewartakan kasih itu," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News