Namun, seiring maraknya pemakaian, keberadaan limbah sarung tangan lateks di saat pandemi ini mendatangkan dampak yang sangat besar bagi seluruh aspek kehidupan, salah satunya aspek lingkungan. Meski sarung tangan lateks yang sangat dibutuhkan selama pandemi covid-19 justru menjadi masalah baru bagi lingkungan.
Empat mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Eksakta (PKM-RE) FMIPA UGM berhasil mengolah limbah sarung tangan lateks menjadi bahan bakar diesel. Tim ini beranggotakan Mandrea Nora, Aditya Yuan Pramudyansyah, Rangga Indra Riwansyah, dan Nanda Tasqia Amaranti, dan didampingi Dosen Kimia FMIPA UGM Mokhammad Fajar Pradipta.
Ketua tim, Mandrea Nora menjelaskan, ide ini bermula saat beberapa anggota tim diskusi mengenai permasalahan limbah medis akibat pandemi covid-19. Setelah diskusi dan membaca beberapa literatur, akhirnya terbersit ide tersebut untuk diajukan sebagai proposal PKM RE.
Mandrea dan tim menemukan bahwa sarung tangan lateks memiliki komposisi kimia utama yaitu polimer Poliisoprena. Zat kimia ini , apabila dipirolisi akan menghasilkan senyawa hidrokarbon berupa Limonena.
"Limonena merupakan senyawa hidrokarbon dengan fraksi C10 yang memiliki potensi tinggi untuk diterapkan sebagai bahan bakar diesel," papar Mandrea mengutip siaran pers UGM, Selasa, 24 Agustus 2021.
Baca: Mahasiswa Unpad Buat Detergen Ramah Lingkungan dari Brangkasan Jagung
Proses pengolahan limbah sarung tangan lateks menjadi bahan bakar ini dilakukan dengan metode pirolisis. Pirolisis sarung tangan lateks dilakukan pada suhu 350 derajat celcius selama tiga jam, sehingga nantinya didapatkan minyak hasil pirolisis.
"Selanjutnya minyak hasil pirolisis dilakukan pemurnian melalui proses Hydrocracking sehingga didapatkan bahan bakar diesel," ungkapnya.
Guna memastikan apakah bahan bakar yang dihasilkan tergolong ke dalam fraksi bahan bakar diesel, tim melakukan identifikasi senyawa dengan metode Kromatografi Gas - Spektroskopi Gas. Kemudian, melakukan uji fisikokimia terhadap bahan bakar yang dihasilkan.
"Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan hasil uji pada bahan bakar diesel yang ada di pasaran," urainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News