Auditor energi untuk PLTP, Fuel Terminal, Tambang Nikel dan industri petrokimia PT TPPI Tuban itu mengungkapkan problem utama di industri teh hijau adalah kualitas teh yang relatif rendah. Kebutuhan energi listrik serta BBM pada proses pelayuan, cukup besar yaitu 0,48 Kwh/kg teh kering atau setara 50,1 persen dari kebutuhan total energi.
Oleh karenanya, perlu pengembangan proses pelayuan melalui sistem high eficient agitated cylindrical rotary inactivator gelombang mikro agar mampu produksi teh hijau sebagai functional fne powder.
Namun, pengembangan teknologi ini masih terkendala pada integrasi energi proses hulu sampai hilir, di samping terjadi degradasi termal produk yang disebabkan oleh panas konduksi ionik menembus membran tonoplas. Akibatnya, sebagian kecil katekin dalam vakuola akan berubah menjadi theaflavin dan thearubigin.
Utami menyebut proses pelayuan pucuk daun teh bertujuan menginaktifkan enzim polifenol oksidase dan hidroperoksidase dalam sitoplasma, sehingga dihasilkan produk teh hijau berkatekin tinggi. Pelayuan dengan menggunakan proses termokimia gelombang mikro berdasarkan perpindahan panas konduksi ionik menyebabkan enzim polifenol oksidase dan hidroperoksidase di bagian sitoplasma mengalami inaktif.
Radiasi gelombang mikro terjadi merata karena ada putaran drum yang dapat mereduksi difusivitas oksigen ke dalam sitoplasma daun teh. Sehingga, mereduksi oksidasi enzimatis senyawa katekin menjadi theaflavin dan thearubigin saat dinding membran tonoplast terkoyak.
"Fenomena rotasi dipol gelombang mikro juga mampu menjaga kondisi operasi suhu daun teh konstan," tutu Utami.
Utami menjelaskan melalui sistem high eficient agitated cylindrical rotary inactivator mampu mereduksi konsumsi energi dan meningkatkan kualitas maupun produktivitas functional fne powder teh hijau hingga mencapai Rp13.750/kg teh hijau. Oleh karenanya, functional fne powder teh hijau kelas dunia kaya polifenol dari hasil penelitian dinyatakan memiliki aktivitas anti kanker, menjaga kesehatan jantung, bersifat anti oksidan, anti mikroba, memperpanjang masa menopouse, mencegah penyakit kardiovaskular, obesitas, dan penyakit degeneratif lainnya.
Utami berharap ke depan seluruh industri teh hijau di Indonesia dan dunia akan menerapkan teknologi well proven yang tersertifikasi paten ganted dengan no: IDS000005673, IDS000004245 dan IDS000002697. Sehingga produktivitas serta kualitas (katekin) meningkat serta lebih menyehatkan.
“Tim berharap hasil riset bisa bermanfaat untuk industri teh hijau, industri farmasi sebagai bahan baku preparat katekin, pekebun teh dan masyarakat yang mengonsumsi teh hijau sehat sebagai functional food yang populer pemakaiannya saat ini," tutur Utami.
Riset ini dilakukan bersama pakar teh hijau Mohamad Endy Yulianto, Rizka Amalia, Sutrisno dan Didik Ariwibowo dengan mitra industri teh hijau PPTK Gambung dan PT Rumpun Sari Medini dengan skema Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT). Kegiatan PTUPT ini didanai oleh DRTPM dengan kajian “Produksi Functional Fine Powder Teh Hijau melalui Proses Termokimia Gelombang Mikro dengan Menggunakan Agitated Cylindrical Rotary Inactivator”.
| Baca juga: Keren! Dosen Vokasi Undip Raih Penghargaan Berkat Teliti Teh Hijau Berkatekin Tinggi |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id