PT Miko Bahtera Nusantara (MYCL) mengubah jamur menjadi produk fesyen. DOK BRIN
PT Miko Bahtera Nusantara (MYCL) mengubah jamur menjadi produk fesyen. DOK BRIN

‘Menyulap’ Jamur Menjadi Produk Fesyen

Renatha Swasty • 17 Februari 2022 15:51
Jakarta: Jamur dapat menyelamatkan dunia. Pernyataan Paul Stamets, mycologist Amerika Serikat tersebut, benar-benar diaplikasikan PT Miko Bahtera Nusantara (MYCL).
 
MYCL membuat inovasi produk bahan kulit dari jamur. Inovasi bikinan Adi Reza Nugroho itu lolos kompetisi Pendanaan Perusahaan Pemula Berbasis Riset (PPBR) Batch I yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
 
Adi ‘menyulap’ jamur menjadi produk fesyen. Proposal Adi yang berjudul Kulit Jamur Misella Ramah Lingkungan dari Limbah Pertanian kolaborasi antara MYCL dan Pusat Riset Biomaterial BRIN menjadi salah satu dari sembilan proposal yang berhasil menjadi penerima PPBR.

“Ternyata, selain dapat dikonsumsi, jamur dapat diubah menjadi material bangunan dan disulap menjadi produk fesyen yang mendunia. Sangat mungkin potensi ini dapat membawa Indonesia menjadi global sustainable leather leader dengan memanfaatkan limbah jamur yang berasal dari jamur endemik Indonesia,” kata Adi dikutip dari lama brin.go.id, Kamis, 17 Februari 2022.
 
Adi mengungkapkan gagasan ini bermula dari ide mengubah jamur menjadi bahan bangunan dengan komposit dan menghasilkan limbah mirip kertas. Setelah diolah kembali, limbah tersebut menjadi lebih fleksibel dan menyerupai kulit.
 
Berkat kreativitas seorang desainer, kulit tersebut disulap menjadi produk fesyen. Hingga akhirnya mengantarkan MYCL menuai kesuksesan.
 
“MYCL berkolaborasi dengan enam global fashion brand, mengikuti Paris Fashion Week, dan sukses mencatat sales agreement dengan total nilai lebih dari USD10 juta,” ungkap dia.
 
Namun, Adi mengaku muncul kendala. MYCL kewalahan menerima begitu banyak permintaan kulit dari beberapa industri fesyen.
 
Gerak cepat Adi berkolaborasi dengan Pusat Riset Biomaterial BRIN didampingi peneliti Pusat Riset Biomaterial BRIN Dede Heri Yuli Yanto menjadi pilihan cerdas. Kerja sama tersebut mempercepat inovasi, kapasistas produksi, dan skillability produk kulit MYCL.
 
Kerja sama MCYL dan BRIN yang digagas 2019 itu banyak mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. MYCL dapat mengakses koleksi jamur yang tersimpan dalam fasilitas riset BRIN.
 
Setelah melakukan screening jamur selama dua tahun, MYCL akhirnya menemukan jenis jamur dengan  pertumbuhan dua kali lebih cepat dibandingkan dengan jamur sebelumnya.
 
MCYL juga mendapatkan transfer teknologi. Beberapa teknologi yang dimiliki BRIN dapat diimplementasikan untuk mengoptimasi produk MYCL dengan pemanfaatan laccase enzyme.
 
Tak kalah penting, MYCL dapat mengakses tenaga ahli di bidang jamur dan material selulosa BRIN. Sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas.
 
Ke depan, Adi tidak ingin menjadikan MYCL sebagai perusahaan manufaktur, melainkan menjadi perusahaan berbasis knowledge. Hal ini memungkinkan MYCL dapat mereplikasi produksi dengan skema lisensi atau joint venture dengan pihak, melakukan scale-up bisnis, dan dapat terus fokus melahirkan inovasi baru lainnya.
 
Tak hanya itu, sejak 2015, MYCL konsisten meningkatkan value chain perusahaan dengan memberdayakan lebih dari 500 petani perempuan dan membangun perusahaan ramah lingkungan. Adi berharap kolaborasi MYCL dan BRIN dapat berjalan lancar, karena banyak industri fesyen mengantre untuk mendapatkan produk kulit dari jamur.
 
Baca: 9 Perusahaan Dapat Dana Riset dari BRIN
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan