Fasilitas pengolahan sampah menjadi energi di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. Foto: Antara/Andi Firdaus.
Fasilitas pengolahan sampah menjadi energi di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. Foto: Antara/Andi Firdaus.

Menristek Dorong Inovasi Pengelolaan Sampah Hasilkan Energi

Antara • 03 Maret 2021 17:21
Jakarta: Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mendorong penggunaan dan pengembangan inovasi pengelolaan sampah untuk menghasilkan energi. Contohnya, pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).
 
"Limbah dijadikan energi jadi pilot project yang diharapkan ke depannya bisa menjadi salah satu sumber energi primer untuk kebutuhan energi listrik kita," kata Bambang dalam kunjungan kerja ke PLTSa Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu, 3 Maret 2021.
 
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah Putih di Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, telah membakar sebanyak 8.190 ton sampah dan menghasilkan energi listrik sebanyak 583,95 mWh atau sekitar 110 kWh per ton sampah dalam periode Februari-Oktober 2020. PLTSa tersebut dapat mengolah sampah sebanyak 100 ton per hari dan menghasilkan energi listrik sebesar 731,1 kWh.

Baca: Mahasiswa ITS Ciptakan Alat Bantu Kurangi Emisi Karbondioksida
 
Ia berharap ke depan listrik yang dihasilkan dari Bantargebang ini bisa dipakai untuk seluruh wilayah Bantargebang hingga sebagian kota Bekasi. Kemudian, selalu ada upaya untuk pengembangan teknologinya sehingga kualitas dari pengelolaan sampah makin baik. 
 
"Sampah yang diserap juga makin banyak, mudah-mudahan sampahnya berkurang dengan penyerapan sampah untuk listrik," ujarnya.
 
PLTSa Merah Putih merupakan hasil kerja sama Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak penandatanganan nota kesepahaman pada 2017.
 
"Ini pembangkit listrik dengan pengelolaan sampah sangat sesuai dengan konsep kita mengatasi atau memitigasi perubahan iklim di mana pengelolaan sampah menjadi energi listrik bisa dikategorikan sebagai ekonomi sirkular," tuturnya.
 
PLTSa dibangun dengan menggunakan sebagian besar peralatan produksi dalam negeri. PLTSa terdiri dari empat peralatan utama. Pertama, bunker terbuat dari concrete yang dilengkapi dengan platform dan crane. Lalu, ruang bakar dilengkapi boiler system reciprocating grate yang didesain dapat membakar sampah dengan suhu di atas 950 derajat Celcius. 
 
"Sehingga meminimalisir munculnya gas buang yang mencemari lingkungan, sistem pengendali polusi, dan unit steam turbin pembangkit listrik," ungkapnya.
 
Baca: Menristek Harap Vaksin Merah Putih Bisa Dibanderol 5 Dolar AS
 
Bambang menuturkan PLTSa Bantargebang bisa dijadikan model untuk pembuatannya di kota-kota lain yang jumlah produksi sampahnya tergolong besar.
 
Cara kerja PLTSa adalah membawa panas pada gas buang hasil pembakaran sampah yang kemudian digunakan untuk mengonversi air dalam boiler menjadi steam. Steam yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin yang selanjutnya akan menghasilkan energi listrik.
 
Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN dan BPPT berusaha agar ke depan dapat membuat lebih banyak PLTSa di berbagai daerah di Indonesia untuk mengurangi masalah sampah yang ada.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan