Ia memaparkan, beberapa hewan diidentifikasi berdasarkan kajian ilmiah dengan indikator ukuran, lingkungan dan lain sebagainya. Secara teori evolusi, kata dia, pemisahan hewan di tempat yang berbeda akan beradaptasi dengan lingkungan barunya.
"Ada dua kemungkinan yaitu berhasil atau gagal. Di tempat baru tadi dia akan menyesuaikan, perilakunya akan berubah seiring dengan predator yang dihadapi," ujar Dedy mengutip siaran pers IPB, Kamis, 10 Juni 2021.
Dedy mencontohkan implementasi biosains pada hewan buaya yang kehidupannya tergantung kepada lingkungan, yaitu melalui treatment dengan suhu tertentu. Pada suhu tertentu, buaya tersebut bisa menjadi jantan dan bisa menjadi betina. "Hal ini berkemungkinan juga terjadi pada ikan," ungkapnya.
Baca: ?PTM Terbatas, Orang Tua Butuh Diyakinkan Jika Sekolah Aman
Alumnus Program Studi Biosains Hewan IPB University Jaruli memberikan contoh burung Beo Enggano. Menurutnya, burung Beo Enggano memiliki karakter molekuler yang berbeda dengan populasi lainnya di dunia.
"Secara genetik, Beo Enggano belum terpisah menjadi spesies sendiri. Oleh karena itu ke depannya, Beo Enggano perlu mendapatkan perhatian dengan pencegahan perdagangan ilegal dan perbaikan habitat yang sesuai untuk tumbuh kembangnya," kata Jaruli.
Saat ini, program studi Biosains Hewan merupakan program studi di Pascasarjana yang telah terakreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT). Program studi Biosains Hewan IPB University turut menjadi pusat unggulan dalam pendidikan tinggi untuk menghasilkan Magister dan Doktor yang berkompeten dalam biologi molekuler, perumusan masalah ilmiah, menyelenggarakan eksperimen secara mandiri, serta mampu mengomunikasikan risetnya ke masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News