Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko telah melakukan evaluasi terkait sejumlah kendala yang ditemui dalam pengembangan vaksin merah putih. Salah satu persoalannya adalah, tidak adanya alat produksi vaksin yang terbatas dan terstandar, sehingga dapat mempermudah menuju tahap pengujian praklinis maupun klinis.
"Itulah mulai tahun ini, kita mulai refocusing, realokasi bagaimanapun caranya kita sediakan alat (produksi) itu," sebut Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko dalam webinar Riset untuk Merah Purtih, Rabu, 18 Agustus 2021.
Menurutnya, ketersediaan alat produksi vaksin di BRIN akan mempercepat proses pembuatan vaksin dalam negeri. Karena para peneliti di universitas tak lagi perlu mengantre di perusahaan farmasi.
"Karena artinya, kalau kita pakai alatnya Bio Farma itu menunggu dipinjamkan, harus ada pembersihan dan sertifikasi ulang dan itu bisa habis tiga sampai empat bulan," terangnya.
Dengan ketersedian alat produksi di BRIN, semua pihak bisa memanfaatkannya. Termasuk universitas.
"Kalau di BRIN bisa dipakai Universitas Airlangga, terus Universitas Brawijaya, bisa digunakan semuanya utamanya untuk vaksin Merah Putih. Ini perlu untuk menghasilkan produk terstandar untuk uji praklinis dan klinis," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id