Ketua tim, Ilham mengungkapkan bahwa melalui lomba yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) tersebut, mahasiswa dapat mengasah ide-ide kreatif mereka dalam menghadapi pandemi. Berawal dari keresahan Ilham, Ardel, dan Salsa terhadap metode diagnosis covid-19 yang masih memiliki banyak kelemahan.
Ketiganya pun memutuskan untuk menggagas alternatif metode menggunakan teknologi rekayasa genetika CRISPR-Cas13 berbasis gold nano particle. CRISPR itu sendiri merupakan mekanisme pertahanan milik bakteri guna melawan materi genetik asing seperti virus dan plasmid dengan cara memotong DNA asing tersebut.
“Hingga saat ini masih belum ada obat pasti untuk covid-19. Program vaksinasi yang dijalankan pemerintah juga hanya bertujuan untuk mencegah dan ternyata teknologi CRISPR memiliki potensi sebagai pengobatan terbaru covid-19,” jelas Ilham dikutip dari laman Unair, Selasa, 27 Juli 2021.
Lebih lanjut, Ilham menjelaskan bahwa dia dan tim mendesain sebuah strip yang memanfaatkan teknologi rekayasa genetika CRISPR-Cas13 untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 hanya dalam waktu kurang dari satu jam. Menurut penuturan Ilham, strip yang dirancang itu memiliki spesifikasi yang tidak jauh berbeda dari RT-PCR sebagai gold standard-nya.
“Kami juga mendesain obat aerosol yang menggunakan teknologi rekayasa genetika CRISPR-Cas13 untuk mengobati covid-19 langsung di sel epitel paru, lokasi tersebut merupakan tempat paling sering SARS-CoV-2 berada,” tambah Ilham.
Sebelum mengikuti lomba, Ilham dan tim telah melakukan persiapan sejak jauh-jauh hari. Adapun kegiatan yang mereka lakukan dimulai dengan brainstorming, menyepakati ide, menulis esai hingga membuat ilustrasi mekanisme dan produk.
“Ketika dinyatakan sebagai runner up, kami merasa bersyukur karena bisa lolos di antara gagasan-gagasan lain yang tidak kalah hebat. Kami juga semakin termotivasi untuk memberikan gagasan lain guna membantu pemerintah Indonesia mengatasi pandemi,” ujar Ilham.
Baca juga: Peneliti AstraZeneca Jawab Isu Vaksin Menyebaban Pembekuan Darah
Terakhir, Ilham berpesan agar teman-teman mahasiswa lain dapat keluar dari zona nyaman untuk menjadi mahasiswa yang hebat. Sebab yang dibutuhkan saat ini, sambungnya, adalah keberanian untuk memutuskan.
“Pandemi memang membatasi komunikasi kami, tetapi pandemi tidak dapat membatasi keinginan kami untuk berprestasi,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News