Reaktor suhu tinggi berpendingin gas atau High-temperature gas-cooled reactor (HTGR) merupakan salah satu jenis reaktor generasi ke-4 yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan reaktor generasi ke-3. Selain dinilai lebih baik dari segi keamanan, reaktor jenis ini juga menghasilkan panas yang bisa digunakan di industri seperti untuk produksi gas hidrogen.
"Riset dan pengembangan teknologi HTGR telah dilakukan oleh periset BRIN, yaitu di Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir (PRTRN) dan Pusat Riset Teknologi Daur Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTDBBNLR)," ungkap Kepala ORTN-BRIN, Rohadi Awaludin, dalam seminar bertema "Advancements in HTGR Technology: Insight into Reactor Design and Fuel based on Lesson Learned from HTR-PM 210 MW" dikutip dari laman brin.go.id, Jumat, 5 Mei 2023.
Rohadi berharap kedua pusat riset tersebut dapat memanfaatkan kerja sama dengan Tsinghua University. Khususnya dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM).
"Hal ini akan mendorong semangat peneliti muda ORTN-BRIN, khususnya yang hadir dalam seminar kali ini," ujar dia.
Professor of Institute of Nuclear and New Energy Technology Tsinghua University, Sun Jun, memaparkan terkait teknologi HTGR di China dan pengembangannya. Dia menyebut saat ini di Tiongkok sedang dicanangkan target dual carbon goals dengan tujuan emisi karbon di 2030 dan mencapai keseimbangan karbon di 2060.
"Peran reaktor HTGR cukup besar di Tiongkok, di antaranya sebagai penghasil energi yang berdampingan dengan reaktor PWR. Selain itu juga sebagai penghasil uap panas dan produksi hidrogen," papar dia.
Sun Jun menyampaikan HTGR yang mereka kembangkan memiliki teknologi pendingin innert Helium, moderator grafit, dan bahan bakar TRISO yang unik. Dia mengatakan untuk bahan bakar partikel TRISO sangat kecil.
"Kami menggunakan beberapa kernel di tengah serta kami dapat mengodekan setiap lapisan berbeda dengan suhu lebih tinggi dan material yang tahan. Selain itu, kami juga dapat menggunakan partikel ini tertanam dalam berbagai bentuk bahan bakar," papar dia.
Sun Jun menjelaskan terdapat dua departemen yang terlibat dengan edukasi nuklir di Tsinghua University, yaitu Engineering Physics dan Institute of Nuclear and new Energy Technology atau INET. Dia berharap kolaborasi antara BRIN dan Tsinghua University dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.
"Saya harap dari BRIN juga bisa berkunjung ke INET sambil kita bisa membahas rencana ke depannya," ujar dia.
Selain seminar, ORTN-BRIN dan INET-Tsinghua University juga melakukan pertemuan dan penandatanganan Minute of Meeting (MoM). Hasil pertemuan tersebut yaitu meninjau kembali hasil kerja sama dan mempersiapkan kerja sama ke depan dalam rangka China-Indonesia Joint Laboratory on HTGR.
Kolaborasi ini telah berkontribusi besar dalam kerja sama antara kedua belah pihak dalam peningkatan kapasitas tim dan kemajuan penelitian serta pengembangan teknologi HTGR di Indonesia. Selanjutnya, akan diadakan joint seminar pada Juni 2023 di Serpong.
Anggota tim dari kedua belah pihak akan bertemu dan membahas secara rinci tentang rencana kerja masing-masing bidang kerja sama. Pada kesempatan yang sama perwakilan dari Tsinghua University juga melakukan kunjungan ke fasilitas nuklir di KST BJ Habibie Serpong.
Baca juga: BRIN Ungkap Pentingnya Borehole Disposal Sebagai Pengelolaan Limbah Radioaktif |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id