Pada 2019, penanaman sengon telah mencapai 315 ribu hektare di pulau Jawa. Jumlah ini mencapai 9 persen dari luasan seluruh jenis kayu lain.
Dosen Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University Ulfah Juniarti Siregar mengungkapkan masih terdapat masalah dalam hutan tanaman sengon. Utamanya, serangan hama boktor dan penyakit karat tumor.
Hama dan penyakit ini langsung menyerang kayu sehingga dapat menurunkan produktivitas secara signifikan. “Sampai saat ini, berbagai metode pengendalian telah dicoba, namun belum ada metode efektif dan efisien, karena wilayah tanamannya sangat luas,” beber Ulfah dalam Friday Scientific Sharing Seminar ke-15 Pusat Riset Rekayasa Genetika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam keterangan tertulis, Rabu, 8 Maret 2023.
Ulfah menyebut intensitas serangan pada hutan monokultur dapat mencapai lebih dari 50 persen. Sedangkan, pada hutan campuran mencapai 12 persen. Dia mengingatkan apabila tidak dikendalikan, kerugiannya bisa mencapai 70 persen.
“Maka dari itu, salah satu upaya mencegah kerugian lebih lanjut adalah dengan menanam sengon unggul tahan hama dan penyakit,” tutur dia.
Ulfah mengatakan telah melakukan penelitian multigenik dan multi transkrip untuk menggali pohon sengon yang resisten terhadap hama boktor dan penyakit karat tumor. Hal ini dilatarbelakangi keragaman genetik sengon yang cukup tinggi di pulau Jawa.
“Harapannya dapat melakukan seleksi genetik terhadap sengon unggul melalui upaya pemuliaan,” ujar dia.
Ulfah menuturkan penelitian ini dilakukan dengan meneliti aktivitas enzim tripsin dan alfa amilase pada larva boktor. Penelitian menemukan terdapat beberapa pohon yang resisten karena mengandung inhibitor enzim tersebut. Aktivitas inhibitor pada pohon sehat lebih besar ketimbang pohon yang rentan.
“Temuan ini mengindikasikan adanya gen-gen penyandi sifat resistensi untuk melawan hama dan penyakit sehingga dilakukan uji keturunan sengon di tempat endemiknya,” kata dia.
Dia menjelaskan sifat resistensi sengon dikendalikan oleh faktor genetik dan diturunkan ke keturunan berikutnya. Pohon induk resisten akan menghasilkan keturunan lebih resisten dibandingkan dengan pohon yang rentan.
“Selanjutnya, dilakukan klastering terhadap asesi yang resisten terhadap hama boktor dan penyakit karat tumor berdasarkan penanda molekuler mikrosatelit. Namun, masih banyak asesi yang tidak dapat dipisahkan sehingga perlu pendekatan baru untuk dapat membedakan tanaman yang resisten dan rentan dalam upaya pemuliaan,” papar Guru Besar IPB University ini.
Ulfah mengatakan pendekatan lanjutan dilakukan dengan identifikasi gen resisten dengan menggunakan PCR dan kloning. Analisa transkriptomik lebih lanjut juga dilakukan untuk mengetahui gen rentan dan resisten. Hasilnya, pohon yang resisten memiliki ekspresi gen-gen terkait resistensi hama dan penyakit.
“Pengembangan penanda SNP (single nucleotide polymorphism) dari gen-gen terkait resistensi menunjukkan penanda dapat dipakai untuk mempercepat pemuliaan sengon resisten berbasis genome wide selection,” beber dia.
Baca juga: Pakar IPB Ungkap Dampak Positif dan Negatif ChatGPT Serta Tantangan di Dunia Pendidikan |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id