Desain tempat sampah ramah lingkungan inovasi mahasiswa UGM. Foto: Dok Humas UGM.
Desain tempat sampah ramah lingkungan inovasi mahasiswa UGM. Foto: Dok Humas UGM.

Mahasiswa UGM Kembangkan Tempat Sampah Penghancur Limbah Masker Medis

Arga sumantri • 07 September 2021 19:33
Yogyakarta: Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan tempat sampah ramah lingkungan yang dapat mengolah limbah masker medis menjadi bahan organik. Tempat sampah ini dibuat dengan menambahkan agen biodegradasi berupa mikroba Pseudomonas aeruginosa.
 
"Proses pengolahan sampah masker medis ini menggunakan cara yang paling ramah lingkungan karena tidak meninggalkan bahan yang sulit terurai di lingkungan," terang Ketua tim pengembang, Muhammad Ardillah Rusydan, mengutip siaran pers UGM, Selasa, 7 September 2021.
 
Ardillah mengatakan limbah masker akan diurai oleh mikroba dalam waktu sekitar 10-14 hari. Meski proses degradasi memakan waktu yang lama, tetapi dengan pengembangan alat melalui beberapa proses dapat mempercepat proses degradasi.

"Proses pemanasan dan penambahan nutrient serta penambahan jenis mikroba akan dapat mempercepat proses degradasi dari sampah masker medis," terang mahasiswa Fakultas Biologi ini.
 
Baca: Studi: Penggemar K-Pop Kini Terlibat di Kegiatan Sosial, Pendidikan Hingga HAM
 
Selain Ardillah, tim pengembang inovasi ini yaitu Gizela Aulia Agustin (Biologi), Isthafaina Dea Fairuz (Gizi Kesehatan), dan Asyifa Rizki Daffa (Teknik Nuklir 2020). Mereka tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) UGM di bawah bimbingan Endah Retnaningrum. 
 
Ia menjelaskan, tempat sampah dirancang dengan ukuran 29x14x100 cm  berkapasitas 28,5 L.Tempat sampah dilengkapi dengan shredder yang berada pada bagian atas yang berfungsi untuk mencacah masker medis menjadi cacahan kecil.
 
Lalu, di bagian bawah shredder terdapat sensor ultrasonik yang telah disambungkan dengan mikrokontroler dan sprayer. Dengan begitu, saat cacahan masker jatuh melewati sensor tersebut maka secara otomatis sprayer yang telah terisi dengan larutan bakteri akan menyemprotkan larutan tersebut ke arah cacahan masker medis. 
 
Kemudian, di bagian dasar tempat sampah didesain sedemikian rupa agar cacahan masker yang telah terdegradasi oleh mikroba akan masuk ke tabung penampungan.
 
Sementara, Asyifa menambahkan ide awal pembuatan tempat sampah tersebut berawal dari keprihatinan mereka akan banyaknya limbah masker medis. Sejak pandemi covid-19, penggunaan masker medis terus meningkat.
 
Baca: Mahasiswa UGM Teliti Potensi Jerami Padi, Ternyata Bisa Jadi Obat Antijamur
 
Penelitian yang dilakukan Sangkham pada 2020, kata dia, menunjukkan adanya peningkatan penggunaan masker medis yang signifikan, yaitu 2.228.170.832 buah per 31 Juli 2020. Dari jumlah tersebut, Indonesia menyumbang sebesar 159.214.791 buah sampah masker. Sementara, peningkatan penggunaan masker medis dapat menyebabkan dampak buruk, salah satunya terbentuk mikroplastik yang mencemari lingkungan.
 
Kondisi teresebut kian diperparah dengan belum adanya kesadaran masyarakat untuk membuang masker medis sesuai pedoman yang benar di skala rumah tangga. Hal itu menjadikan sampah masker medis tidak tertangani dengan benar.
 
Ia menyampaikan penanganan yang selama ini dilakukan masih belum terlalu efektif karena masih menghasilkan polusi dan sulit untuk dijangkau oleh masyarakat luas. Bahkan, berdasarkan Life Cycle Assesment (LCa) disebutkan bahwa proses insinerasi menyebabkan banyak kerusakan lingkungan. Selain itu, dalam prosesnya memerlukan penggunaan air yang banyak dan buangan dari insinerator menghasilkan partikel yang berbahaya bagi pernapasan makhluk hidup.
 
"Akses terbatas juga membuat alat ini hanya dapat mengolah sepersekian dari banyaknya masker medis yang terbuang di lingkungan ataupun masker medis yang telah digunakan," tutur Asyifa.
 
Ia mengatakan, diperlukan sebuah terobosan serta inovasi alat pengolahan sampah medis yang dapat dicapai oleh masyarakat luas dengan pengelolaan yang hanya menghasilkan sedikit polusi sehingga ramah lingkungan. Oleh karena itu, tim memanfaatkan mikroorganisme dengan kemampuan mendegradasi bahan anorganik dan mengubahnya menjadi bahan organik.
 
"Harapannya alat yang kami kembangkan bisa menjadi solusi alternatif dalam mengurai masalah limbah masker di masyarakat dan bersifat ramah lingkungan," ucap Asyifa.
 
Hai Sobat Medcom, terima kasih sudah menjadikan Medcom.id sebagai referensi terbaikmu. Kami ingin lebih mengenali kebutuhanmu. Bantu kami mengisi angket ini yuk https://tinyurl.com/MedcomSurvey2021 dan dapatkan saldo Go-Pay/Ovo @Rp 50 ribu untuk 20 pemberi masukan paling berkesan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan