Membran hemodialisis hadir sebagai inovasi untuk pembersih darah bagi pasien penderita gagal ginjal. Namun, membran itu tidak mampu membersihkan seluruh jenis racun uremik di dalam darah.
Water-Soluble Uremic Toxins (WSUT) terbukti mampu dibersihkan dari darah pasien gagal ginjal dengan menggunakan terapi membran hemodialisis menggunakan sistem low flux. Middle-molecular Uremic Toxins (MMUT) juga telah terbukti dapat dibersihkan oleh membran hemodialisis menggunakan sistem high flux.
Jenis racun uremik yang sangat sukar dibersihkan dengan terapi membran hemodialisis adalah Protein-Bounded Uremic Toxins (PBUT). Menurut peneliti, jenis racun tersebut dapat dibersihkan dengan menggunakan hemoperfusi.
Penggunaan sistem high flux tidak semudah low flux. Kondisi kesehatan dari pasien sangat menentukan pemilihan sistem yang digunakan.
Selain itu, hemoperfusi memiliki banyak kekurangan bila diaplikasikan pada penderita gagal ginjal. Seperti banyaknya protein dalam darah yang masih diperlukan oleh tubuh akan teradsorpsi oleh adsorben yang menjadi pemeran utama dalam hemoperfusi.
Pengembangan penelitian membran hemodialisis yang mampu membersihkan WSUT, MWUT, dan PBUT melalui inovasi Mixed Matrix Membran Adsorber (MMMA) inilah yang diinisiasi Yanuardi Raharjo bersama tim risetnya, Membran Science and Technology Research Group (MSTRG) dari Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST Unair).
Tim riset terdiri atas Djoko Santoso, Moch Zakki Fahmi, Siti Wafiroh, dan beberapa dosen di Departemen Kimia FST Unair bersama tim dari Universiti Teknologi Malaysia, yakni Datuk Ahmad Fauzi Ismail dan Mohd Hafiz Dzarfan Othman.
Hasil penelitian tim riset Unair
Yanuardi menjelaskan MMMA yang telah dikembangkan memadukan polimer sintetik polietersulfon dengan adsorben zeolit yang telah dimodifikasi dengan teknik imprinting sehingga meningkatkan selektifitas adsorben. MMMA yang dikembangkan mampu membersihkan WSUT, MMUT, dan PBUT hingga 50 persen pada skala lab.Selanjutnya, pengujian terhadap karakteristik membran, performa membran, hingga uji in vitro telah diberhasil diuji dengan hasil sangat baik. Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Community Development (RICD) Unair, Ni Nyoman Tri Puspaningsih, mendukung penelitian ini agar dikembangkan dengan uji in vivo.
Sehingga, produk membran ini akan lebih bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup pasien gagal ginjal di Indonesia pada khususnya.
“Inovasi MMMA ini telah menghasilkan beberapa publikasi di jurnal internasional berputasi dan terindeks Scopus (Q3 hingga Q1) dan berhasil didaftarkan patennya di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI,” beber Yanuardi.
Dia membeberkan selama ini membran hemodialisis yang digunakan oleh pasien-pasien di Indonesia masih impor. Di Indonesia, belum ada yang memproduksi membran hemodialisis made in Indonesia.
"Jadi, kami hendak menginisiasi untuk memproduksi membran hemodialisis,” papar dosen FST Unair tersebut.
Yanuardi berharap keberlanjutan penelitian ini ke depan. Dia dan tim berharap hasil penelitian mereka memiliki manfaat bagi masyarakat, khususnya bagi pasien gagal ginjal dan aplikasi blood purification pada berbagai jenis penyakit pada umumnya.
Selain itu, ia juga berharap penelitiannya bermanfaat bagi membranologis, internis kedokteran, dan nefrologis. “Dengan adanya membran ini, diharapkan racun-racun urea dari pasien bisa dibersihkan secara maksimal sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal,” ujar Yanuardi.
Baca juga: Penelitian Guru Besar Unair Temukan Senyawa Tanaman untuk Obat Anti Kanker |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id