Kajian Alfinda berfokus pada fungsi tanaman yang menyediakan senyawa metabolit sekunder dengan struktur dan bioaktivitas beragam yang bisa dimanfaatkan manusia. Selama satu dekade terakhir, Alfinda meneliti tanaman gaharu (Aquilaria microcarpa), gambir (Uncaria), dan sambung nyawa (Gynura procumbens).
Dia menjelaskan pada spesies Aquilaria ada kandungan chromone yang mirip dengan senyawa golongan 2-styrylchromone. Kesediaan senyawa ini sangat jarang sehingga harus dilakukan sintesis organik.
Dari sintesis dengan variasi struktur benzaldehid, Alfinda menemukan 9 senyawa golongan 2-styrylchrome. Senyawa ini lalu diuji secara in silico melalui docking experiment menggunakan protein sebagai target obat pengembangan kemoterapi kanker.
“Rangkaian penelitian ini menjadi contoh bagaimana alam telah memberikan ide struktur senyawa untuk dapat dilakukan sintesis senyawa dengan potensi yang lebih baik,” papar dosen departemen kimia itu.
Selanjutnya, ia beralih pada komponen utama gambir yaitu catechin merupakan senyawa golongan flavonoid. Hasil isolasi menunjukkan satu kilogram gambir mengandung kadar catechin sebesar 18 gram dengan tingkat kemurnian 90 persen.
“Senyawa catechin dapat bertindak sebagai antikanker, antiviral, antimikroba, bahkan aktivitas antioksidannya jauh lebih besar dibandingkan dengan vitamin C. Hal ini secara tidak langsung dapat mencegah potensi terjadinya kanker,” ujar Alfinda.
Dia juga memaparkan riset terhadap sambung nyawa yang dimanfaatkan sebagai pengobatan. Bagian akar Gynura procumbens rupanya jauh lebih aktif dibandingkan dengan daun, namun kelemahannya pemanfaatan akar tersebut harus mencabut seluruh tanaman.
Alfinda kemudian mendasarkan pada peningkatan biomassa dan kandungan metabolit menggunakan kultur akar adventif tanaman. Selain itu, dilakukan pengembangan potensi tanaman menggunakan nanoteknologi berupa nanokapsul ekstrak tanaman yang dapat meningkatkan aktivitas anti-dengue dan menurunkan toksisitas.
Dia menuturkan komunikasi kimiawi tanaman memberikan dampak positif bagi manusia dengan dihasilkannya senyawa metabolit sekunder. Hal itu diikuti perkembangan ilmu sintesis organik, khususnya nanoteknologi terbukti mampu meningkatkan potensi tanaman obat sebagai bahan baku obat.
“Oleh karena itu, riset tentang pemanfaatan senyawa metabolit sekunder pada tanaman sangat penting untuk dilakukan untuk mendukung pembangunan ekosistem kemandirian obat di Indonesia,” tutur dia.
Baca juga: Guru Besar Unair Temukan Obat Scabies dari Tanaman Liar untuk Hewan Ternak |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id