Prof. Dr. Drs. Fatchur Rohman, M.Si.; Prof. Gunawan Prayitno, S.P., M.T., Ph.D.; Prof. Dr. Ir. Nur Hidayat, M.P.; dan Prof. Sugiono, S.T., M.T., Ph.D.
Keempatnya menawarkan beragam penelitian saat menyampaikan orasi ilmiah. Berikut penelitian-penelitian yang ditawarkan guru besar baru UB dikutip dari laman prasetya.ub.ac.id:
1. Prof. Dr. Drs. Fatchur Rohman, M.Si
Fatchur menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Model Perilaku Konsumen Digital Boutique” (MPK-DB). Penelitian terkait cara lingkungan sosial berpengaruh terhadap loyalitas seorang konsumen.Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini mengatakan model yang dibuatnya saat ini masih diterapkan pada konsumen Boutiqe sehingga diharapkan ke depan masih perlu adanya dikembangkan lagi. Kemajuan teknologi yang semakin canggih saat ini, membuat pengusaha Boutique perlu memikirkan inovasi yang lebih canggih dalam memasarkan barang dagangannya.
Perubahan perilaku pelanggan di era digital, mendorong pengelola bisnis untuk melakukan penyesuaian terhadap perencanaan strategis dan bentuk implementasinya dalam rangka menjaga dan meningkatkan kinerja perusahaan.
Bisnis butik merupakan salah satu bentuk usaha ritel, di mana pengembangan usaha akan bergantung dari jumlah penjualan dari pakaian. Dalam rangka meningkatkan jumlah penjualan di era digital, bisnis butik perlu melakukan pembaruan terhadap strategi pemasaran.
Salah satu strategi yang umum dikembangkan oleh pengelola usaha butik di era digital adalah menciptakan ruang belanja digital berupa webstore atau e-marketplace.
Melalui strategi ini, variabel operasional untuk mengobservasi bagaimana aspek lingkungan fisik dapat menstimuli perilaku pelanggan menjadi tidak relevan karena pelanggan berbelanja secara online tanpa mengunjungi toko fisik.
2. Prof. Gunawan Prayitno, S.P., M.T., Ph.D.
Profesor Bidang Ilmu Perencanaan Wilayah dan Desa Berkelanjutan tersebut membawakan orasi ilmiah berujudul “Social Capital-Integration (SCI) Sebagai Basis Konstruksi Desa Berkualitas”.SCI sebagai basis konstruksi desa berkualitas, muncul sebagai elemen kunci untuk mempercepat transformasi digital di pedesaan.
Transformasi digital adalah fondasi utama yang membawa perubahan signifikan dalam cara berinteraksi, bekerja, dan berinovasi. Modal sosial, termasuk jaringan sosial, norma, dan nilai bersama, membentuk dasar kuat untuk memahami, merancang, dan menerapkan solusi digital. Keberhasilan pembangunan Desa 4.0 sangat tergantung pada kolaborasi aktif antara pemerintah, masyarakat lokal, dan sektor swasta.
Profesor di Fakultas Teknik ini menuturkan integrasi modal sosial (SCI) sebagai basis konstruksi desa berkualitas, mencakup elemen-elemen seperti hubungan sosial, kepercayaan, norma bersama, dan kolaborasi dalam konteks desa. Ketika teknologi digital dalam era ini telah memasuki desa-desa kita dengan cepat, penting untuk mengenali dan memahami peran yang dimainkan oleh modal sosial dalam membentuk desa keberlanjutan.
Modal sosial memainkan peran kunci dalam membina kohesi sosial, memfasilitasi kolaborasi yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan teknologi digital, dan menjaga keberlanjutan budaya lokal. Modal sosial akan menjadi poin awal penting untuk memahami bagaimana desa-desa dapat memanfaatkan transformasi digital untuk mencapai tujuan pembangunan Desa 4.0.
3. Prof. Sugiono, S.T., M.T., Ph.D :
Perlintasan kereta api sebidang di Indonesia yang tidak ada petugas ataupun palang pintu tercatat berjumlah 2.259 lokasi. Selain itu, berdasarkan data kecelakaan di 2022, jumlah kecelakaan di perlintasan kereta api sebidang sebesar 289 kejadian atau 6,02 kejadian kecelakaan tiap minggunya. Sebanyak 87 persen kecelakaan atau sekitar 251 kecelakaan terjadi pada perlintasan tanpa petugas.Sebenarnya telah banyak temuan yang membahas upaya pencegahan kecelakaan di perlintasan sebidang kereta api. Sugiono yang merupakan professor pada bidang Ilmu Ergonomi Transportasi Fakultas Teknik menemukan pendekatan baru berbasis sistem integrative dalam peta jalan yang aman yang mampu menggugah kewaspadaan dan kosentrasi pengendara yang akan melintasi perlintasan kereta api.
“Aplikasi ini dibuat untuk menyempurnakan solusi existing yang hanya fokus pada area perlintasan, sementara pengendara dan masinis belum dilibatkan secara komprehensif,” ujar guru besar Fakultas Teknik itu.
Peta jalan itu dinamakan Double Awareness Driving (DAD) yang bekerja dalam bentuk peta visual dan audio. Peta DAD ke depan akan terintegrasi dengan sistem informasi masinis dan device pada perlintasan tanpa petugas.
Sistem alarm yang akan dibangun mengintegrasikan sociotechnical pengendara – kereta api – masinis dengan memanfaatkan aplikasi machine learning dan aplikasi berbasis web yang interaktif dan efisien.
“Peta jalan DAD akan memberikan informasi jumlah perlintasan kereta api yang akan dilalui dan secara real time akan menampilkan peringatan dini pengemudi yang terbagi menjadi tiga zona, yaitu: hijau, kuning, dan merah,” papar dia.
Aplikasi yang dibuat ini telah diuji kemudahan penggunaannya melalui uji tampilan visual display berupa usability test dengan skor SUS sebesar 97,50 atau kategori A (siap pakai). Selain itu dampak dari penggunaan peta DAD pada tingkat konsentrasi pengendara diuji dengan rekaman perubahan pada sinyal otak melalui alat EEG.
Hasil dari rekaman EEG dapat disampaikan peta jalan DAD dapat menaikkan konsentrasi pengendara hingga 21.66 persen. Semakin mendekati tempat perlintasan kereta api sebidang, semakin tinggi pula tingkat kewaspadaan pengendara.
Namun, dia mengakui kelemahannya adalah peta DAD belum menyediakan database. Sehingga, masih bekerja berdasarkan ketersediaan jaringan internet.
4. Prof. Dr. Ir. Nur Hidayat, MP
Profesor dari Fakultas Teknologi Pertanian ini memperkenalkan Inokulum Mikrobia Pendegradasi Limbah Agroindustri (Impala). Impala yakni cara memproduksi inokulum mikrobia dengan memanfaatkan limbah yang dikeluarkan oleh unit proses produksi.Inokulum mikrobia menjadi Inocul penting dalam penanganan limbah biologis dan menunjang produktivitas. Penanganan limbah secara biologis terutama menggunakan mikroorganisme menjadi cara paling banyak dipilih setelah proses fisis dan khemis tidak lagi mampu melakukan degradasi atau dianggap terlalu mahal.
Ketersediaan inokulum mikroorganisme di ranah industri terutama industri skala menengah dan kecil belum mendapat perhatian sehingga masih banyak limbah yang belum tertangani. Pihak ketiga yang menangani limbah terutama limbah padat masih kesulitan mendapatkan mikroorganisme ini.
Sehingga mereka masih membutuhkan lahan luas untuk menampung limbah sebelum dikomposkan. Penampungan ini harus dilakukan di tempat yang jauh dari pemukiman karena adanya bau yang ditimbulkan.
Penyediaan mikroorganisme pendegradasi limbah agroindustri yang mampu melakukan perombakan dengan cepat perlu dilakukan dengan baik dan benar. Penyediaan dapat dilakukan melalui isolasi dan nutrisi yang murah serta mudah didapatkan.
Salah satu sumber nutrisi yang kini memungkinkan digunakan adalah larva BSF atau magot. Budidaya magot dengan memanfaatkan limbah agroindustri menjadi salah satu model yang menarik untuk diterapkan mengatasi mahal dan terbatasnya sumber nutrisi untuk produksi inokulum.
Penggunaan magot sebagai nutrisi untuk pengembangan inokulum yang diperlukan dalam penanganan limbah menjadi model sircular economy yang banyak memberikan nilai positif pada tiap tahapnya. Larva BSF akan mengurangi tumpukan limbah padat dan sekaligus menghasilkan kompos. Hal ini akan mengurangi jumlah tumpukan yang harus dikomposkan secara langsung. Apalagi pengomposan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan produksi larva.
Baca juga: UB Kukuhkan 4 Profesor Baru, Teliti Pakan Ikan hingga Terapi Kanker |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News